Queensland, dari Skyrail hingga Balon Udara

Mendarat keras

Setelah sekitar satu jam di udara, balon perlahan mulai turun. Di bawah terlihat ratusan sapi berkelompok-kelompok merumput tanpa gembala. Hewan itu tampaknya sama sekali tak terganggu dengan dua balon raksasa yang terbang di atas mereka.

Sebelum sampai di tanah, Blake menjelaskan apa yang harus kami lakukan. Kami diminta menyandarkan tubuh, memegang erat tepi kotak dengan kaki menekan ke arah depan. ”Bum!” Kotak rotan menyentuh rumput. Kami diminta melakukan posisi punggung ke tanah. Kotak diangkat, seolah-olah kami akan ditumplakkan. Dari situ, satu per satu kami disuruh keluar. Rupanya pendaratan tadi bukan pendaratan biasa, tetapi memang disengaja.

”Seperti itulah kalau crash landing,” ujar Blake.

Urusan masih belum selesai. Kami diminta berdiri berjajar, dua baris. Blake mencontohkan gerakan tertentu dan kami diminta untuk mengikuti. Dari mulai ujung, balon yang sudah berada di tanah dirapikan secara gotong royong. Setelah itu, ada permainan tambahan lain, beramai-ramai memasukkan balon ke karung raksasa. Cukup sulit, tetapi menyenangkan. Kami pun bersama karung balon tadi diangkut dengan truk menuju jalan raya, tempat mobil kami menunggu.

Hari yang masih pagi dilanjutkan dengan menyantap sarapan di sebuah vila berarsitektur khas Killowen dengan beranda yang menghadap kebun anggur. Seorang pelayan menyambut kami dengan gelas-gelas anggur merah. Sarapan dengan menu standar—roti tawar, croissant, muffin, aneka flake, telur orak-arik, sosis sapi—menjadi terasa berlipat lezatnya karena disajikan pada saat yang tepat ketika perut memang sudah lapar dan itu diadakan di tempat yang indah alami. Top! (Retno Bintarti)