Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemberontak Suriah Beli Senjata dari Rezim Assad

Kompas.com - 30/10/2012, 13:49 WIB

ALEPPO, KOMPAS.com - Rezim Suriah mungkin bersumpah untuk memusuhi pemberontak. Namun para pemberontak yang berjuang untuk menurunkan Presiden Bashar Al Assad mengatakan, mereka membayar banyak uang tunai ke sejumlah agen pemerintah guna mendapatkan senjata dan peluru.

Kebanyakan kelompok oposisi bersenjata Suriah harus berjuang untuk mendapatkan senjata. Geram karena pihak Barat tidak mau menyediakan persenjataan berat, para pemberontak mengatakan pilihan yang tersedia buat mereka terbatas, antara lain dari rezim Assad.

Di negara yang mengutamakan pelayanan nasional, dan konflik terjadi antar saudara yang saling berlawanan, serta pemberontakan dari angkatan bersenjata, mereka mengatakan tidak sulit untuk menemukan perantara atau teman lama yang bisa membantu. "Kami membeli dari mata-mata Assad dan di pasar," kata Mayor Abu Mahar, sambil menghisap rokok Perancis di sebuah pusat kebugaran di antara jaringannya, yang berjuang di sebelah utara Aleppo.

Dia mengklaim, dirinya memimpin 200 orang yang melakukan misi khusus terhadap pasukan Bashar. Namun seperti unit yang lain, mereka kurang dipersenjatai dengan senapan mesin, granat roket, senapan untuk penembak jitu, atau roket dan bom rakitan.

Ia berbicara diam-diam dan membungkuk dalam jaket kulit lalu mengatakan bahwa dia membelot dari angkatan udara musim panas ini. Seperti para pemberontak lainnya, dia masih memiliki teman di berbagai cabang militer pemerintah dan keamanan.

Abu Mahar mengatakan harga sebuah peluru di tangan agen rezim pemerintah adalah 1,6 dolar. Harga itu lebih murah dibandingkan dengan di pasar yang mencapai 2 dolar. Namun Abu menolak menyebutkan lokasi pasarnya. Dia mengklaim bahwa sebagian besar pasokan amunisi kelompoknya berasal dari shabiha, istilah yang digunakan untuk milisi yang disponsori negara yang disewa pemerintah. "Kami membelinya dari agen-agen ganda, mereka membutuhkan uang. Tuhan shabiha adalah uang. Mereka tidak peduli hal lain. Jika anda memberikan mereka uang, bahkan ibunya sendiri akan mereka jual," kata Abu Mahar.

"Mereka punya akses terbuka ke gudang-gudang peluru tentara, polisi dan intelelijen. Mereka menabung untuk mengantisipasi rezim pemerintah jatuh," ujar Abu Mahar sambil tersenyum.

Namun Abu Mahar mengelak tentang di mana dan seberapa sering mereka melakukan transaksi senjata. Dia mengatakan jaringannya menggunakan "pointman" atau teman lama, dan mereka tidak pernah bertatap muka.

Para pemberontak tampak gentar mengetahui pendanaan musuhnya, terutama ketika negara-negara Barat menolak untuk memberikan dukungan persenjataan dan tidak ada prospek NATO menerapkan zona larangan terbang, yang begitu penting saat menjatuhkan Moamar Khadafy di Libya. "Mereka sudah mengambil uang kami selama 40 tahun terakhir, emas kami, pikiran kami, jadi apa bedanya?" kata salah seorang anggota Tentara Pembebasan Suriah (FSA), di Suriah utara dekat perbatasan Turki.

Bagi Yussef Abud, komandan FSA, itu adalah cara bertahan. Ia mengklaim telah membeli peluru dari rezim pemerintah sekali atau dua kali. "Apa yang bisa saya lakukan? Kadang-kadang saya tidak memiliki senjata atau peluru yang cukup, banyak FSA yang akan terbunuh," kata Yussef kepada AFP.

Para pemberontak juga mengambil senjata dari tentara yang mereka bunuh di medan perang. Mereka yang lari dari rezim pemerintah juga seringkali berhasil menyelundupkan senjata keluar.

Saat duduk sebagai penjaga di sebuah kompleks olahraga di Aleppo, Mohammed Abu Issam al Halabi (49) mengklaim telah membeli Kalashnikov dari orang-orang jahat di rezim pemerintah dengan harga 1.000 dolar, ketika dia memutuskan untuk menjadi mujahid delapan bulan lalu. "Anda tidak bisa membelinya di pasar, tapi saya membutuhkan senjata. Jadi apa yang bisa saya lakukan?," kata Abu Issam.

Mantan bos pabrik yang berjenggot lebat dan mengikatkan bandana di kepalanya itu mengatakan kepada AFP bahwa sebelum pemberontakan, dibutuhkan 200 hingga 300 dolar untuk membeli pistol. Di seberang jalan, Letnan Ahmed Saadeen (24) setuju bahwa membeli persenjataan dari rezim pemerintah merupakan pilihan yang tepat. Seperti pemberontak kebanyakan, dia mengecam penolakan negara-negara Barat dan Teluk untuk menyediakan senjata anti-tank dan anti-pesawat bagi pemberontak Suriah. "Dimana lagi kami bisa membelinya?" katanya sebelum berlari untuk menghindari tembakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com