Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Metabolisme Khas Loloskan Armstrong

Kompas.com - 25/10/2012, 01:49 WIB

Jakarta, Kompas - Pebalap sepeda yang luruh predikat legendarisnya, Lance Armstrong, kemungkinan punya sistem metabolisme yang khas sehingga uji doping yang dia jalani seusai lomba gagal mendeteksi zat haram bagi olahragawan di dalam tubuhnya. Ia juga bisa lolos karena beberapa pilihan cara dan bentuk doping yang sulit dideteksi, seperti transfusi darah.

Demikian analisis dua dokter olahraga, I Nyoman Winata, yang juga Kepala Bidang Pengawasan Lembaga Antidoping Indonesia, dan Arie Soetopo, Ketua Subbidang Kesehatan dan Nutrisi Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas.

Armstrong adalah juara Tour de France, lomba balap sepeda paling prestisius, tujuh kali dalam kurun 1999-2005. Agustus silam, Badan Antidoping AS (USADA) memvonis Armstrong melakukan doping di hampir sepanjang kariernya. Vonis itu diperkuat dengan keputusan Persatuan Balap Sepeda Internasional (UCI), Senin lalu, dengan mencopot semua gelar juara yang dimiliki Armstrong. Ia juga dilarang berlomba seumur hidup.

Selama berkiprah, tercatat hanya sekali penguji doping menemukan zat corticosteroid dari sampel urinenya pada 1999. Lebih banyak praktik doping itu diungkap USADA (yang memburu Armstrong sejak 1998) lewat pengakuan 26 saksi.

Menurut Winata, doping melalui transfusi darah sulit terdeteksi. Metode itu dilakukan dengan mencampurkan darah dengan zat erythropoietin (EPO). EPO adalah zat perangsang pembentukan darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh.

”Apalagi jika yang diambil untuk ditransfusikan kembali adalah darah sendiri sehingga seolah-olah darah yang diproduksi adalah darah sendiri,” kata Winata, di Jakarta, Rabu (24/10).

Ditambahkan, metabolisme yang khas juga bisa membuat zat doping lama mengendap. Akibatnya, sampel, khususnya urine, yang diambil setelah lomba untuk uji doping belum mengandung zat haram tersebut.

Menurut Winata, hal itu dapat menjelaskan mengapa Floyd Landis, rekan Armstrong, langsung ketahuan melakukan doping saat memenangi Tour de France 2006. ”Metabolisme Landis tak sekhas Armstrong sehingga begitu diambil sampel, zat doping langsung terdeteksi. Dalam kasus Armstrong, bisa jadi zat yang seharusnya keluar bersama urine tidak ditemukan karena sistem metabolisme itu,” kata Winata.

Arie menambahkan, pengungkapan kasus yang dilakukan USADA dengan mengandalkan pengakuan saksi tidaklah salah.

”Pembuktian tidak hanya dengan menggelar tes (uji laboratorium terhadap sampel urine). Dengan mendapatkan testimoni dari si atlet atau rekan-rekan setim, pelaku sudah bisa dinyatakan doping,” katanya. (HLN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com