Penyembelihan hewan kurban di Indonesia juga khas. Penyembelihan dan pemotongan hewan bisa dilakukan di mana pun, tak hanya di rumah pemotongan hewan. Penyembelihan dan pemotongan bisa dilakukan siapa saja.
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yuny Erwanto, menyarankan, tempat penyembelihan hewan yang dilakukan masyarakat sebaiknya dipisah dengan tempat hewan menunggu disembelih. Hewan hidup yang melihat hewan lain disembelih akan mengalami stres. ”Kualitas daging hewan yang stres akan turun,” katanya.
Saat stres, hewan mengeluarkan cadangan energi di ototnya dan mengeluarkan zat sejenis asam. Hilangnya cadangan energi membuat otot dan daging hewan tak berkontraksi seusai disembelih. Ini akan membuat daging lebih lembek.
Asam yang dikeluarkan akan membuat daging hewan berwarna lebih gelap. Akibatnya, kesegaran daging berkurang. Saat dimasak, nutrisi daging lebih mudah keluar.
Pisau yang digunakan untuk menyembelih harus tajam dan sesuai dengan ukuran hewan yang akan disembelih. Dalam sekali tarikan pisau, pembuluh darah, kerongkongan, dan tenggorokan hewan harus putus.
Proses menguliti, mengeluarkan jeroan, dan melepas daging dari tulang sebaiknya dilakukan dengan digantung, mengikat kaki belakang hewan di atas.
Penggantungan akan mengurangi potensi daging terkontaminasi bakteri. Hal itu juga membuat sisa darah di daging sempurna menetes keluar. Ini akan memperpanjang masa awet daging. ”Jangan lupa mengikat anus hewan sehingga kotorannya tidak mengotori daging,” ujar Yuny.
Jeroan dan daging harus dipisahkan.
Menurut Srihadi, jeroan mengandung lebih banyak bakteri daripada dagingnya.