KOMPAS.com - Ternyata, setahun pascajatuhnya rezim Moammar Khadafy tidak membuat Libya merdeka seluruhnya. Ini adalah pernyataan kepala negara de facto Libya Mohammed el- Megaryif saat berpidato di depan televisi negara pada Sabtu (20/10/2012). "Kampanye untuk membebaskan negeri ini belum sepenuhnya selesai," kata Megaryif.
Ia menyebut kota Bani Walid, tempat terjadinya bentrokan mematikan dalam beberapa hari terakhir. Kota yang dianggap belum merdeka oleh Megaryef itu adalah salah satu benteng terakhir dari rezim Khadafy selama revolusi 2011.
Megaryif, presiden Kongres Nasional Umum yang terpilih secara demokratis, memberikan penilaian muram dari periode pasca-Khadafy. Dia mencatat terutama terkait "penundaan dan kelalaian" dalam pembentukan tentara profesional dan polisi, serta kegagalan untuk melucuti dan mengintegrasikan mantan gerilyawan.
Dia juga mencatat bahwa penundaan dalam mengaktifkan kembali dan mereformasi lembaga peradilan telah menghambat rekonsiliasi nasional. "Situasi ini telah menciptakan ketidakpuasan dan ketegangan di antara segmen yang berbeda dari masyarakat dan memberikan kontribusi terhadap penyebaran kekacauan, gangguan, korupsi dan kelemahan dalam kinerja berbagai instansi pemerintah," kata Megaryif.
Penilaian ini muncul satu tahun setelah para gerilyawan menangkap Khadafy di kampung halamannya, Sirte. Bagaimana tepatnya Khadafy terbunuh pada 20 Oktober 2011 masih menjadi perdebatan, tulis AFP.