Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasang Surut Seorang Raja

Kompas.com - 16/10/2012, 05:22 WIB

Terlahir pada 31 Oktober 1922, Sihanouk yang dimanjakan oleh masa kanak-kanak di bawah penjajahan Perancis di Indochina dimahkotai sebagai raja pertama Kamboja pada tahun 1941 saat ia masih berusia 19 tahun.

Meski mula-mula diremehkan oleh penjajahnya, pada 1953 Perancis pun didepak keluar dari Kamboja saat Sihanouk menjadi raja. Dua tahun setelah kemerdekaan 17 April 1953, Sihanouk pun turun takhta pada tahun 1955 untuk memberikan kursi kerajaannya kepada sang ayah, Norodom Suramarit.

Sejak tahun 1955 itu, Sihanouk pun mengejar karier politiknya sebagai pemimpin partai politik dan enam kali naik turun sebagai Perdana Menteri Kamboja. Masa itu sering diwarnai drama kemarahan Sihanouk di panggung politik. Ia kembali menjadi Raja Kamboja setelah wafatnya sang ayah pada tahun 1960.

Setelah kembali bertakhta, Sihanouk membawa Kamboja dalam situasi sulit dengan sikap netralnya saat dunia dilanda Perang Dingin. Sihanouk adalah salah satu pendiri Gerakan Nonblok.

Hubungan dengan Amerika Serikat (AS) memburuk pada tahun 1965, bahkan Kamboja memutuskan hubungan diplomatik dengan AS lantaran keterlibatan AS di Perang Vietnam. Sihanouk bahkan seolah membuka front terhadap Amerika saat tahun 1969, Kamboja berpaling ke China. AS, yang merasa khawatir Kamboja menjadi tempat bernaung pelarian Vietnam, membombardir tempat-tempat di Kamboja yang diduga menjadi sarang pengungsi Vietnam.

Sihanouk, yang gagal menjauhkan Kamboja dari peperangan, berkali-kali memprotes tindakan AS itu, tetapi protesnya tak diacuhkan.

Di dalam negeri Kamboja, Sihanouk dikenal dengan pemerintahan satu tangan. Ia bahkan sempat dikritik sebagai penguasa Khmer di zaman kuno, tetapi berbaju gaya Barat.

”Saya Sihanouk dan seluruh rakyat Kamboja adalah anak-anakku,” ungkapnya. Sebagai politisi Kamboja, semasa takhta dipegang sang ayah, Sihanouk dikenal keras, bahkan sebagian menyebutnya zalim dan kejam.

Akan tetapi, Sihanouk juga dikenal sebagai dilettante, penggemar seni, playboy yang tak kenal lelah, sering terlihat dengan antusiasmenya yang terkesan kekanak-kanakan. Ia juga membuat film, melukis, mengarang lagu, menjadi manajer tim sepak bola, bahkan memimpin grup musik jazz-nya sendiri. Ia juga dikenal gemar mobil-mobil balap, gemar makanan, dan juga wanita. Ia menikah setidaknya lima kali (bahkan ada yang mengatakan enam kali) dan memiliki 14 anak.

Meski demikian, banyak warga Kamboja mengagumi Sihanouk bak seorang dewa. Sampai akhirnya, tahun 1970 Sihanouk disingkirkan kudeta oleh jenderal-jenderal pimpinan Lon Nol yang didukung AS pada saat ia tengah berada di luar negeri. Sihanouk pun hidup di pengasingan di Beijing.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com