Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chavez Hadapi Pemilu Berat

Kompas.com - 08/10/2012, 03:38 WIB

Caracas, Minggu - Tempat pemungutan suara mulai dibuka, Minggu (7/10) pagi, di Venezuela, saat Presiden Hugo Chavez menghadapi tantangan terberat dalam 14 tahun pemerintahannya. Henrique Capriles Radonski, pesaingnya, adalah tokoh muda yang memanfaatkan ketidakpuasan rakyat atas kriminalitas dan praktik KKN di negeri itu.

Chavez (58) sukses mempertahankan dukungan dari kelompok masyarakat miskin yang membuatnya meraih kemenangan telak dalam dua pemilu sebelumnya. Namun, Capriles (40), Gubernur Negara Bagian Miranda, berhasil memperkecil ketinggalan dalam jajak pendapat setelah berkampanye ke seluruh negeri.

Capriles, yang telah menjadi Wali Kota Baruta dalam usia 28 tahun, mampu mempersatukan oposisi menghadapi pemilu ini. Pertentangan kubu oposisi dengan pemerintah begitu kuat sehingga ada kekhawatiran mengenai hasil pemilu dan apa yang terjadi sesudahnya.

Jika Chavez menang, dia mempertahankan kekuasaannya untuk enam tahun ke depan. Chavez bisa mendesakkan peran negara yang lebih besar dalam perekonomian, membatasi pembangkangan, dan terus bersahabat dengan negara-negara yang menentang dominasi Amerika Serikat di dunia.

Sebaliknya, kemenangan Capriles berarti pergeseran radikal kebijakan luar negeri. Kontrol pemerintah atas perekonomian melonggar dan penanaman modal swasta meningkat. Namun, diprediksi terjadi ketegangan selama transisi hingga pelantikan presiden pada Januari 2013.

Perselisihan

Sebagian warga Venezuela khawatir apa yang mungkin terjadi kalau terjadi perselisihan setelah pemilu. Mereka menimbun bahan pokok sehari sebelum pemilu, mengantisipasi adanya kekacauan.

”Tak seorang pun percaya orang lain, terutama saingan politik mereka. Kami berada di sebuah negara yang terpecah dan saya rasa Chavez adalah penyebabnya,” kata Maria Villareal, seorang guru dan pendukung Capriles.

Villareal dan penentang Chavez lainnya mengatakan, Chavez mengobarkan perpecahan dengan memberi cap musuh-musuhnya sebagai ”fasis” atau ”neo-Nazi”.

Komentar mereka merujuk pada kampanye terakhir Chavez di Caracas, Kamis. Saat itu, Chavez berseru, ”Kita tidak akan memberikan kesempatan kepada kaum borjuis.”

David Hernandez, seorang pendukung Chavez, mengakui suasana tegang, tetapi dia mempersalahkan pihak oposisi. ”Chavez akan menang dan Capriles harus menerima kekalahannya. Kalau Capriles tidak menerima kekalahan, akan ada masalah,” katanya.

Kekerasan meletup secara sporadis selama kampanye, termasuk penembakan dan lempar batu selama rapat dan konvoi massa. Dua pendukung Capriles tewas tertembak di Barinas, Venezuela barat, akhir pekan lalu.

Chavez, yang mengklaim pulih sepenuhnya dari penyakit kanker, mengadakan konferensi pers mendadak, Sabtu malam. Dia berharap kedua pihak menerima hasil pemungutan suara, apa pun hasilnya.

Pasukan dikerahkan di seluruh negeri untuk menjaga ribuan tempat pemungutan suara, Minggu. Di kantong penduduk miskin, pendukung setia Chavez mempersiapkan terompet untuk membangunkan pemilih saat fajar. Adapun simpatisan oposisi di Caracas timur memukul-mukul panci dalam protes untuk mengungkapkan harapan perubahan.

Sebagian besar polling menyebut Chavez unggul. Hanya dua jajak pendapat yang menyebut Capriles mengungguli Chavez.(AP/Reuters/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com