Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Khadafy Sama Menyedihkan dengan Kematian Dubes AS

Kompas.com - 28/09/2012, 08:42 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com — Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, Rabu (26/9/2012), menyatakan, kematian pemimpin Libya Moammar Khadafy sama menyedihkannya dengan kematian Duta Besar Amerika Serikat untuk Libya, Christopher Stevens. Mugabe menyampaikan hal itu saat ia mengecam keras tindakan AS, PBB, dan NATO.

Presiden berusia 88 tahun itu, yang sesekali keseleo lidah, menuduh Amerika Serikat bergegas menyedot minyak Irak ketika menyerbu negara itu tahun 2003 dengan alasan yang salah bahwa Irak punya senjata pemusnah massal. Ia menyatakan, Dewan Keamanan PBB mengizinkan dirinya disalahgunakan tahun lalu dengan membolehkan "semua langkah diperlukan (bahasa diplomatik untuk campur tangan militer) demi "melindungi warga" di Libya dalam gerakan NATO. Langkah PBB itu akhirnya menggulingkan pemerintah Khadafy dan menyebabkan kematiannya di tangan pemberontak.

Mugabe membuka pidatonya di Majelis Umum PBB dengan memuji pidato Presiden AS Barack Obama pada Selasa yang menyesali kematian Stevens sebagai pidato yang "paling bersinar dan paling menggetarkan". Stevens dan tiga warga Amerika Serikat lainnya tewas dalam kejadian yang Washington sebut sebagai serangan "teroris" terhadap wakil AS di Benghazi pada 11 September.

"Saya yakin kita semua tergetar, kita semua setuju, bahwa itu kematian menyedihkan dan kita mengutuknya," kata Mugabe, yang memerintah Zimbabwe sejak merdeka dari Inggris tahun 1980 dan merupakan pemimpin terlama di Afrika. "Seperti kita dalam semangat bergabung dengan Amerika Serikat mengutuk kematian itu, akankah Amerika Serikat juga bergabung dengan kita dalam mengutuk kematian keji kepala negara Libya, Khadafy? Itu kehilangan, kehilangan besar, bagi Afrika, kehilangan menyedihkan bagi Afrika," katanya.

Pemimpin Zimbabwe itu menuduh Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), ke-28 anggota persekutuan keamanan Barat, yang serangan udaranya membantu pemberontak Libya mengalahkan pasukan Khadafy, bertindak dengan alasan palsu. "Tugas itu ketat untuk melindungi warga, tapi menjadi perburuan keji terhadap Khadafy dan keluarganya," kata Mugabe.

"Dalam cara yang sangat tidak jujur, kita sekarang melihat Bab 7 digunakan sebagai senjata untuk mengusir seluruh keluarga." Bab 7 Piagam PBB memungkinkan Dewan Keamanan memberi kewenangan tindakan mulai dari hukuman diplomatik dan ekonomi hingga campur tangan militer. "Bom dijatuhkan dengan cara tak berperasaan dan banyak warga tak bersalah tewas. Itukah perlindungan yang mereka upayakan berdasarkan Bab 7 Piagam PBB?" katanya.

"Jadi, kematian Khadafy harus dilihat dengan cara sama menyedihkan seperti kematian Chris Stevens. Kami mengutuk keduanya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com