Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bersedekah" Avatar untuk Munir di "Twitterland"

Kompas.com - 03/09/2012, 15:42 WIB
Heru Margianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Apakah sejumlah rekan Anda  di Twitter dalam satu dua hari ini mengganti avatarnya dengan wajah almarhum pejuang hak asasi manusia Munir? Kalau ya, jangan heran. Saat ini sedang muncul gerakan "bersedekah" avatar di Twitter untuk memperingati delapan tahun meninggalnya Munir yang akan jatuh pada 7 September mendatang.

Situs salingsaling.com mencatat, gerakan "sedekah" avatar ini digagas oleh  Dandhy D. Laksono lewat akun @Dandhy_Laksono. Dandhy berkicau pada Minggu (2/9/2012) pukul 02.57, "Sedekahkan avatar Anda utk foto ini selama 8 hari saja, agar kasus berumur 8 thn ini punya energi baru & tak dilupakan." Foto yang dimaksud adalah gambar wajah Munir.

Dalam kicauan sebelumnya pada pukul 02.51, ia menyatakan, bila 10 persen populasi Twitter Indonesia memasang avatar ini, maka akan ada dua  juta "Munir" pekan ini. Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat, pengguna Twitter di Indonesia adalah kelima tertinggi di dunia dengan 19,5 juta pengguna.

Kicaua Dandhy mendapat sambutan luas dari para tweeps yang segera mengganti avatarnya. Akun @GlennFredly berkicau Senin (3/9/2012), "Mulai hari ini saya mengganti avatar saya dengan wajah pejuang kemanusiaan alm.MUNIR.."

Akun @Faisalbasri me-retweet ajakan Dandhy untuk mewujudkan dua juta akun twitter Indonesia berwajah Munir selama delapan hari. Akun @Faisalbasri juga mengganti avatarnya dengan wajah Munir.

Dandhy yang dihubungi kompas.com, Senin, mengungkapkan, gerakan "avatar" ini merupakan upaya untuk melawan lupa. Menurutnya, Kasus Munir belum selesai. Aktor intelektualis  pembunuhan belum terungkap.

"Harapan saya, para pembunuh dan komplotannya kalau punya akun Twitter akan melihat wajah Munir di mana-mana. Kalau enggak punya Twitter, orang-orang di sekelilingnya dan media akan memberitahunya. Karena Twitter medium anak-anak muda, saya yakin ke depan, anak-anak muda ini akan ingat bahwa para komplotan pembunuh ini harus terus dikejar," kata dia.

Munir tewas diracun di atas pesawat Garuda dengan nomor GA-974 ketika sedang menuju Amsterdam untuk melanjutkan kuliah pasca-sarjana pada tanggal 7 September 2004. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah menyatakan bahwa Kasus Munir adalah "a test of our history".

Empat orang yang diajukan ke pengadilan dalam kasus ini adalah mantan pilot Garuda Pollycarpus Budihari Priyanto, mantan Dirut PT Garuda Indonesia Indra Setiawan, Sekretaris Chief Pilot Airbus A330 PT Garuda Indonesia Rohainil Aini, dan mantan Deputi V Badan Intelijen Negara Muchdi Purwoprandjono.

Pollycarpus divonis 20 tahun oleh Mahkamah Agung pada tinggkat kasasi. Permohonan Peninjauan Kembalinya ditolak. Indra Setiawan divonis satu tahun oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Rohainil Aini yang divonis bebas oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, divonis satu tahun pada tingkat kasasi. Sementara, Muchdi divonis bebas.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 4 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 4 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Nasional
Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

BrandzView
Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Nasional
Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Nasional
Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Nasional
Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Nasional
Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Nasional
TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

Nasional
Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Nasional
Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Nasional
Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com