Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ebola Menyebar pada Pemakaman Korban

Kompas.com - 04/08/2012, 02:08 WIB

Kampala, Jumat - Organisasi kemanusiaan medis Dokter Tanpa Batas mengatakan, korban pertama dari berjangkitnya ebola terakhir di Uganda adalah seorang bayi perempuan berusia 3 bulan. Dari 65 orang yang menghadiri pemakamannya, 15 orang kemudian terkena penyakit mematikan itu.

Sementara itu, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Uganda, Joaquim Saweka, Jumat (3/8), mengatakan, wabah itu telah terkontrol. Semua orang yang diketahui telah melakukan kontak fisik dengan penderita ebola telah diisolasi. Jumlah seluruhnya mencapai 232 orang.

Pemerintah Uganda mengonfirmasi berjangkitnya wabah demam berdarah ebola di Uganda pada 28 Juli, beberapa hari setelah penyakit itu menyebabkan korban jiwa. Wabah itu terjadi di di Distrik Kibale, Uganda barat.

Sedikitnya 16 warga meninggal sejauh ini. Saweka mengatakan, ke-232 orang yang diisolasi itu dipantau ketat untuk melihat apakah mereka memperlihatkan gejala terjangkit penyakit itu.

Saweka mengatakan, organisasi medis, seperti Dokter Tanpa Batas (Medecins Sans Frontieres/MSF) serta Pusat Pencegahan dan Pengawasan Penyakit Amerika Serikat, membantu mengontrol penyebaran penyakit tersebut.

Dr Olimpia de la Rosa, koordinator tim darurat MSF yang membantu penanganan wabah ebola di Uganda, mengatakan, dari 15 orang yang terkena ebola setelah menghadiri pemakaman korban pertama, 11 di antaranya telah meninggal.

Menurut De la Rosa, karena ebola sangat menular dan menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh, pemakaman korban harus diwaspadai. Terutama jika petugas yang menangani jenazah tidak mengikuti langkah-langkah perlindungan.

Demam berdarah ebola menyebar cepat melalui kontak langsung dengan orang atau binatang yang terinfeksi dan bisa ditularkan melalui darah, cairan tubuh, bahkan kontak dengan pakaian yang dipakai seseorang yang terinfeksi. Itu sebabnya, tim MSF mengenakan pakaian khusus saat menangani pasien.

Takut

Warga di Uganda barat mengatakan, mereka terlalu takut untuk pergi berbelanja di pasar, pergi beribadah, ataupun bepergian dengan bebas karena takut terkena virus ebola.

Tidak ada korban tewas baru pada Kamis, tetapi warga merasa kesulitan melakukan langkah- langkah pencegahan.

Presiden Uganda Yoweri Museveni telah menganjurkan rakyat untuk menghindari berjabat tangan, berhubungan badan, atau melakukan sendiri pemakaman korban untuk mengurangi kemungkinan penyebaran penyakit mematikan itu.

De la Rosa menambahkan, membatasi kontak langsung dengan orang lain adalah cara yang baik untuk melindungi diri. Namun, orang tanpa gejala-gejala ebola tidak perlu dihindari sehingga orang seharusnya tidak takut untuk keluar ke jalan.

Menghindari kontak dengan cairan tubuh orang lain efektif membatasi penyebaran wabah, tetapi itu hanya sangat perlu di daerah Kigadi, Distrik Kibale.

”Ketakutan terkena ebola telah mengubah hidup warga,” kata Tumusiime Jamile, seorang reporter sebuah stasiun radio di Kibale. ”Mereka tidak bisa pergi ke pasar untuk berbelanja dan tidak bisa menjual produk mereka, dan itu memukul kantong mereka,” ujarnya.

Tumusiime mengatakan, orang-orang juga tidak bisa bepergian bebas ke mana pun yang mereka inginkan karena kekhawatiran mereka akan terinfeksi. Sumber wabah ini belum bisa diidentifikasi yang berwenang, walau Hutan Kibale dihuni berbagai jenis monyet dan burung, yang bertindak sebagai pembawa virus. (AP/Reuters/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com