Di Bab al-Hawa, salah satu pintu perbatasan Suriah dengan Turki yang dikuasai Tentara Pembebasan Suriah (FSA), ada puluhan pria berkumpul, Kamis (26/7). Mereka mengaku berasal dari Maroko, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Libya, dan Tunisia.
Sebagian kecil dari mereka bahkan berasal dari tempat-tempat yang lebih jauh, seperti Chechnya dan Somalia. Namun, mereka tidak serta-merta mendukung tuntutan kelompok oposisi akan reformasi demokratis dan berakhirnya rezim diktatorial di Suriah.
Mereka lebih bertujuan memerangi serta ingin menjatuhkan Assad dan para pendukungnya yang berasal dari kelompok Alawi, bagian dari aliran Syiah.
Sejak pecah krisis di Suriah 16 bulan silam, yang dimulai dengan demonstrasi damai tetapi
Sebaliknya, kelompok oposisi Suriah tak mengakui adanya penyusupan milisi asing itu. Seperti diungkapkan tokoh oposisi di Hama, Suriah tengah, yang menyebut dirinya sebagai Abu Ammar.
”Kami tak kan membiarkan Al Qaeda bercokol di sini. Kami akan membunuh mereka jika mereka coba-coba. Revolusi ini milik rakyat Suriah.” ujar Ammar, yang memimpin satu batalion berisi 1.200 prajurit oposisi.
Meski demikian, menurut para saksi mata, para milisi asing tersebut tetap datang, tak peduli pihak oposisi menyukai mereka atau tidak. Sebagian di antara mereka diduga telah terpengaruh situs kelompok-kelompok militan di internet yang menyerukan agar mereka bergabung dengan gerakan perlawanan di Suriah. Salah satu situs, World Jihad Network, Juni, menampilkan seruan untuk bergabung dalam ”sukarelawan jihad” di Suriah.
Sementara itu, pertempuran antara tentara pemerintah dan pasukan oposisi terus berkecamuk di Aleppo. Pasukan pemerintah mengintensifkan serangan udara terhadap oposisi di Aleppo.
Dari Arab Saudi dilaporkan, Brigadir Jenderal Manaf Tlass, salah satu teman dekat Assad di militer yang membelot awal Juli lalu, berjanji akan mempersatukan kelompok oposisi yang masih terpecah belah.