Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Pengungsi Suriah

Kompas.com - 22/07/2012, 02:54 WIB

Para pengungsi itu tidak hanya berasal dari kalangan masyarakat menengah ke bawah yang terjebak pertempuran di Suriah, tetapi juga orang-orang kaya.

”Benar-benar telah terjadi perang. Kami meninggalkan segalanya, rumah dan usaha kami,” tutur Khaled (52), seorang saudagar sukses dari Suriah yang menyeberang melalui pintu Masnaa dengan menggunakan mobil mewah.

Pertempuran baru

Sementara itu, saat kondisi di Damaskus dilaporkan berangsur-angsur tenang, beberapa pertempuran baru pecah di Aleppo, kota utama kedua di Suriah. Organisasi Pemantau HAM Suriah (SOHR) yang bermarkas di London mengatakan, pertempuran di Aleppo pecah sejak Jumat pagi di kawasan Salaheddin, Sakhur, dan Haydariya.

SOHR mengatakan, ini adalah pertempuran terbesar yang terjadi di Aleppo sejak kekacauan terjadi di Suriah, Maret tahun lalu. Selama ini pusat kegiatan ekonomi di bagian utara Suriah itu relatif tak tersentuh konflik bersenjata.

Dengan semakin buruknya situasi keamanan di Suriah, negara-negara Amerika Latin mulai berencana mengevakuasi warganya.

Brasil telah memerintahkan semua diplomatnya untuk sementara pindah ke Beirut, Lebanon, dan hanya menyisakan satu pejabat di Damaskus untuk menangani urusan konsuler.

Cile dan Argentina juga sudah meminta warga mereka yang masih berada di Suriah untuk segera meninggalkan negara itu. Argentina bahkan mempertimbangkan untuk menutup kedutaan besarnya di Damaskus.

Perpanjangan terakhir

Dari New York, Amerika Serikat, dilaporkan, Dewan Keamanan PBB, Jumat, akhirnya sepakat untuk memperpanjang mandat Misi Pemantauan PBB di Suriah (UNSMIS) selama 30 hari.

Duta Besar Inggris untuk PBB Mark Lyall Grant menegaskan, perpanjangan itu adalah untuk yang terakhir kalinya, kecuali jika ada perubahan situasi di Suriah.

”Kami telah menegaskan bahwa ini adalah perpanjangan terakhir, kecuali ada perubahan dinamika di lapangan, terutama penghentian penggunaan senjata berat dan ada penurunan kekerasan yang cukup agar UNSMIS bisa menjalankan mandatnya,” tutur Lyall Grant.

(AP/AFP/BBC/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com