Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RUU Pencari Suaka Gagal Lagi

Kompas.com - 29/06/2012, 03:30 WIB

Baik Partai Buruh maupun oposisi sebenarnya sama-sama setuju bahwa diperlukan sebuah pusat pemrosesan pencari suaka di luar Australia. Pusat pemrosesan tersebut berfungsi memastikan status mereka sebagai pengungsi sehingga berhak mendapat suaka.

Selain itu, dengan adanya pusat penahanan di luar Australia, para pencari suaka tak akan lagi mempertaruhkan nyawa dengan menempuh perjalanan berbahaya ke Australia menggunakan perahu yang tidak layak. Dengan demikian, pusat pemrosesan ini diharapkan akan mematikan bisnis penyelundupan manusia ke Australia.

Namun, kedua pihak berbeda pendapat tentang lokasi pusat pemrosesan ini. Pemerintah ingin pusat itu berada di Malaysia, sementara oposisi ingin pusat pemrosesan ada di Nauru.

RUU Oakeshott berusaha mengambil jalan tengah dengan mengusulkan para pencari suaka bisa diproses di seluruh negara anggota Bali Process di luar Australia, yang meliputi semua anggota ASEAN dan negara-negara di Pasifik.

Namun, itu berarti para pencari suaka masih bisa diproses di Malaysia seperti keinginan pemerintah. Pihak oposisi menentang ini karena Malaysia belum menandatangani konvensi PBB soal pengungsi sehingga khawatir para pengungsi tak akan diperlakukan dengan baik. ”Koalisi (oposisi) tak akan pernah mendukung Malaysia. Titik,” kata Abbott.

Beberapa pengamat menduga pihak oposisi sengaja mementahkan semua usulan yang diajukan pemerintah terkait pencari suaka ini dengan harapan bisa menjungkalkan koalisi Partai Buruh yang hanya unggul satu suara di parlemen.

Media Australia mengkritik ketidakmampuan para politisi mencari kompromi. Surat kabar Sydney Morning Herald, Kamis, memuat judul utama ”Kelumpuhan di Parlemen”. ”Parlemen Australia mengecewakan kita. Mereka menempatkan politik di atas nyawa manusia,” tulis harian tersebut.

Australia menjadi tujuan utama para pencari suaka dari negara-negara yang didera perang, seperti Afganistan, Sri Lanka, dan Irak. Mereka nekat menyeberangi Samudra Hindia menuju Australia dengan perahu-perahu nelayan yang tak layak.

Beberapa tahun terakhir, kecelakaan yang melibatkan perahu-perahu itu sangat sering terjadi. Sebagian besar perahu ini berasal dari Indonesia meski ada juga yang berasal dari Sri Lanka.(AP/AFP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com