Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilot Pesawat Suriah Minta Suaka di Jordania

Kompas.com - 22/06/2012, 10:11 WIB

AMMAN, KOMPAS.com — Pilot pesawat tempur Suriah yang mendarat di pangkalan militer di Jordania utara meminta suaka, kata para pejabat setempat.

BBC, Kamis (21/6/2012), melaporkan, Menteri Penerangan Jordania Samih al-Maaytah mengatakan, pilot pesawat tempur MiG-21 saat ini tengah diperiksa. Televisi Suriah mengatakan, pesawat tempur yang diterbangkan oleh kolonel angkatan udara itu hilang dalam misi latihan.

Insiden itu terjadi di tengah gempuran di kota Homs dan tim Palang Merah ingin menuju ke sana untuk membantu proses evakuasi warga sipil.

Pesawat buatan Rusia MiG-21 mendarat di pangkalan udara Raja Hussein di Mafrak, dekat dengan perbatasan Suriah, kata para pejabat.

Pembelotan ini diperkirakan adalah yang pertama dan melibatkan pilot Suriah dan pesawat negara itu.

Seorang juru bicara kantor berita Pemerintah Suriah, Sana, menyebut pilot itu adalah Kolonel Hassan Mirei al-Hamadeh.

Juru bicara Tentara Pembebasan Suriah, Ahmad Kassem, mengatakan, kelompok oposisi itu yang mendorong pilot untuk membelot, lapor kantor berita Associated Press.

Pengeboman terus berlangsung

Sumber keamanan Jordania mengatakan, pilot itu terbang dari bandara militer al-Dumair, di timur laut Damaskus.

Wartawan BBC di Beirut mengatakan, Kolonel Hamadeh kemungkinan terbang di atas kawasan Deraa di perbatasan selatan, tempat terjadinya pertempuran sengit.

Para pegiat mengatakan, 18 orang meninggal di kota Inkhel setelah serangan bom oleh pasukan pemerintah.

Di kota Homs, pasukan pemerintah dan pemberontak sepakat pada Rabu (20/6/2012) untuk melakukan gencatan senjata dua jam agar para pekerja bantuan dapat masuk ke kawasan tempur.

Pertempuran di banyak kota Suriah menyebabkan banyak gedung yang hancur.

Palang Merah Internasional, ICRC, bersama dengan bulan sabit merah Suriah memiliki tim yang siap untuk membantu evakuasi warga sipil dan menyalurkan bantuan.

Namun, pengeboman masih terus berlangsung.

Waleed Faris, seorang penduduk di salah satu kawasan yang akan dibantu ICRC, mengatakan, pengeboman paling besar terjadi pada Kamis (21/6/2012) pagi dan belum ada tanda-tanda pertempuran akan mereda.

"Pagi ini, terjadi pengeboman besar. Sekarang ini saya dapat mendengar satu atau dua mortir jatuh setiap setengah jam. Hari ini bisa dikatakan tenang dibandingkan beberapa hari sebelumnya," kata Faris kepada kantor berita Reuters.

Kepala unit operasi ICRC, Beatrice Megevand-Roggo, mengatakan, pertempuran terjadi lebih dari 10 hari dan ratusan orang terperangkap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com