Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS-Rusia Sepakat Soal Suriah

Kompas.com - 20/06/2012, 02:12 WIB

LOS CABOS, SENIN - Amerika Serikat dan Rusia sepakat gelombang kekerasan dan pertumpahan darah di Suriah segera diakhiri. Dua negara yang selama ini bersikap berseberangan itu menekankan perlunya rakyat Suriah menentukan masa depan mereka sendiri secara demokratis.

Demikian hasil pertemuan bilateral antara Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Los Cabos, Meksiko, Senin (18/6) waktu setempat. Dua pemimpin negara besar itu bertemu selama hampir dua jam, sebagian besar untuk membahas situasi di Suriah.

”Untuk menghentikan pertumpahan darah di Suriah, kami menyerukan penghentian segera semua tindak kekerasan. Kami bersama-sama meyakini bahwa rakyat Suriah harus mendapat kesempatan untuk menentukan masa depan mereka sendiri secara independen dan demokratis,” demikian bunyi pernyataan bersama Obama dan Putin yang disampaikan kepada wartawan seusai pertemuan.

Putin mengatakan, ia dan Obama menemukan banyak titik temu mengenai Suriah. Meski demikian, kedua pemimpin tak menyampaikan rencana langkah-langkah konkret untuk menghentikan kekerasan di Suriah.

AS sempat dibuat frustrasi akan sikap Rusia yang terus melindungi Suriah dengan menentang setiap usaha Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi terhadap Suriah.

Duta Besar AS untuk Rusia Michael McFaul, yang mengikuti pertemuan tersebut, mengatakan, Putin tidak ingin pembicaraan mengenai solusi masalah Suriah berhenti pada soal lengsernya Presiden Bashar al-Assad. ”Pembicaraan mengenai proses politik (di Suriah) bagi pihak Rusia tidak hanya difokuskan pada apakah Assad akan mundur dan kapan ia mundur. Mereka ingin pembicaraan yang lebih luas soal itu, seperti apa yang akan terjadi setelah Assad mundur,” papar McFaul.

Kondisi terakhir

Sementara itu, Ketua Misi Pengawasan PBB di Suriah (UNSMIS) Mayor Jenderal Robert Mood dan Kepala Pasukan Penjaga Perdamaian PBB Herve Ladsous dijadwalkan memaparkan kondisi terakhir di Suriah di hadapan 15 anggota DK PBB hari Selasa (19/6) waktu New York.

Mood menghentikan operasi dan patroli tim UNSMIS sejak Sabtu pekan lalu setelah terjadi eskalasi kekerasan di Suriah. Mandat UNSMIS seharusnya baru berakhir 20 Juli mendatang, tetapi kemungkinan besar akan dicabut lebih cepat setelah melihat perkembangan situasi terakhir.

”Menurut saya, banyak anggota Dewan Keamanan yang akan mempertanyakan kelanjutan misi ini dan rencana (perdamaian) Kofi Annan,” ungkap Duta Besar Inggris untuk PBB Mark Lyall Grant.

Di Suriah, gelombang kekerasan terus terjadi saat pasukan pemerintah bentrok dengan pasukan pemberontak di distrik Bab al-Amr, kota Homs. Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) yang bermarkas di London menyatakan, sekitar 1.000 keluarga terjebak di Homs yang dikepung ribuan tentara dan milisi propemerintah.

Pihak pemerintah mengaku sudah berusaha mengevakuasi warga sipil dari Homs, tetapi ”kelompok teroris bersenjata” sengaja menyandera mereka. Komisaris Tinggi HAM PBB Navi Pillay menegaskan, penyerangan terhadap kawasan permukiman sipil bisa dikategorikan sebagai kejahatan atas kemanusiaan.

(AFP/AP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com