Namun, penulis berkeyakinan Ikhwan tak akan menyentuh, bahkan mewacanakan peninjauan kembali perjanjian strategis itu di awal pemerintahannya jika Mursyi terpilih sebagai presiden demokratis pertama. Ia dipastikan akan ”membereskan” pekerjaan mendesak dalam negeri dulu, yakni mewujudkan stabilitas keamanan, pemerintahan, dan perekonomian. Konsolidasi kelompok Ikhwan, akibat dikoyak pencalonan Abul Futuh sebagai presiden, dan mewujudkan stabilitas Mesir akan jadi prioritas jika mereka memerintah.
Mereka sangat mungkin melakukan peninjauan kembali Camp David jika pekerjaan mendesak di dalam negeri telah ”diselesaikan” dan konsolidasi Mesir baru relatif berhasil. Dan, itu berarti sesuatu yang sangat serius dalam hubungan antarnegara di kawasan terkait. Hal yang mungkin dilakukan sebelum itu, melonggarkan perbatasan Mesir-Gaza untuk meringankan penderitaan warga Gaza akibat blokade Israel, mengurangi suplai gas ke Israel yang selama ini menuai kontroversi, dan menjauhi ”hubungan mesra” dengan Israel. Mereka takkan bertindak terlalu jauh.
Mengangkat isu peninjauan Camp David dalam kampanye saat ini sangatlah tak produktif bagi kelompok yang masih dipandang penuh khawatir oleh Barat dan Israel ini. Karena itu, mereka memilih mendesakkan isu lain, seperti kaum revolusioner versus sisa-sisa rezim lama atau sipil versus militer, untuk menghadapi Syafiq dalam pilpres.