Tahay juga menyebut aparat keamanan menembaki warga Rohingya. Sementara itu, tidak sedikit pula warga Muslim lain dibunuh warga penganut Buddha.
Pejabat kantor kepresidenan Myanmar, Zaw Htay, mengatakan Presiden telah memerintahkan aparat militer untuk menjaga dan mengamankan bandar udara serta desa-desa di wilayah Rakhine.
Hingga kini, jumlah korban resmi menurut data pemerintah adalah tujuh orang. Kerusuhan itu, menurut Presiden Sein, disebut dipicu oleh ”kebencian dan hasrat balas dendam, yang dilandasi konflik agama dan kebangsaan”.
Konflik macam itu, tambah Sein, dapat dengan mudah menyebar ke wilayah lain dan bisa berdampak buruk pada stabilitas nasional di negeri yang baru saja terbuka dan berupaya mereformasi diri.
Setelah kerusuhan berdarah itu, PBB memutuskan mengevakuasi sementara 44 dari 150 personelnya dari wilayah bergolak tersebut. Sebagian staf lokal tetap tinggal di Rakhine untuk memantau situasi.
Sementara itu dari Teknaf, Banglades, dikabarkan sebanyak delapan kapal motor pengangkut 300 pengungsi etnis Rohingya, kebanyakan anak-anak dan perempuan yang ketakutan, diusir kembali ke Myanmar oleh aparat penjaga pantai Banglades.