”Ketika saya dan keluarga lari dari Homs (Suriah) ke Ramtha beberapa bulan lalu, kami tak bisa mendapatkan air minum yang cukup,” kata Abu Eid, pria yang memiliki dua putra dan empat putri. ”Kadang-kadang saya menahan rasa lapar agar tidak sering pergi ke toilet karena tidak ada air untuk bilas. Tetapi sekarang kami sudah terbiasa dengan situasi ini,” tambahnya.
Maher, pengungsi lain dari Suria yang tinggal di batas kota Ramtha, mengatakan, dia harus membeli air setiap hari. ”Kami kekurangan air sepanjang waktu. Saya mandi setiap 10 hari,” tambahnya.
Basma, perempuan pengungsi Suriah yang menetap di Irbid, masih optimistis Pemerintah Jordania akan membantu mereka. ”Saya tidak kesulitan air di Jordania. Saya pikir orang-orang Jordania bisa membantu kami,” katanya.
Menurut Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi
Jordania menyediakan layanan kesehatan gratis untuk pengungsi yang terdaftar oleh PBB.
Aoife McDonnell dari UNHCR Jordania mengatakan, pihaknya menyadari melayani ”tamu” sebanyak itu sangat sulit. ”Mengingat sumber daya air yang terbatas sangat sulit untuk menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan konsumsi,” tutur dia.
(AFP/AP/CAL)