Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Suriah Kesulitan Air

Kompas.com - 02/06/2012, 02:09 WIB

Amman, Jumat - Puluhan ribu warga Suriah, yang takut dibantai di negerinya, kini membanjiri Jordania. Gelombang pengungsi ini menjadi beban baru bagi negara padang pasir tersebut karena terbatasnya pasokan air bersih.

Sumber daya air yang terbatas merupakan persoalan utama dalam menangani para pengungsi. Seperti dirilis kantor berita Agence France-Presse (AFP), Jumat (1/6), Pemerintah Jordania kini kewalahan menghadapi gelombang ribuan pengungsi Suriah.

Jordania—satu dari 10 negara paling kering di dunia karena 92 persen wilayahnya tertutup padang pasir—selama satu dekade terakhir telah menjadi tujuan pengungsi Palestina dan Irak. Kini beban Jordania ditambah dengan lebih dari 120.000 pengungsi dari Suriah.

”Sebagian besar pengungsi Suriah terkonsentrasi di Jordania utara seperti di kota Mafraq, Irbid, Ramtha, Jerash, dan Ajlun. Semua daerah itu sudah menderita kekurangan air,” kata Fayez Bataineh, Sekretaris Jenderal Perusahaan Sumber Daya Air.

”Mereka menambah beban baru terhadap keterbatasan sumber daya air kami. Kami pun perlu ekstrahati-hati dan mengelola dengan bijak sumber daya ini,” imbuh Bataineh.

Curah hujan rendah, turun di bawah rata-rata, menyebabkan negeri kecil Jordania kekurangan 500 juta meter kubik air per tahun. Negara ini diprediksi membutuhkan sedikitnya 1,6 miliar meter kubik air hingga 2015. ”Setiap pengungsi Suriah membutuhkan 80 liter air bersih, atau 9.600 meter kubik bagi 120.000 pengungsi, per hari,” ujar Adnan Zubi, Asisten Sekretaris Jenderal Kementerian Sumber Daya Air dan Irigasi.

Zubi menegaskan, ”Biaya untuk mendapatkan air bersih itu 13.000 dinar atau 19.000 dollar AS per hari, belum termasuk biaya lainnya.”

Dia menambahkan, ”Itu bukan yang pertama bagi Jordania menerima kaum migran yang menderita, namun sumber daya air dan infrastruktur kami sudah lama terkuras.”

Jordania dihadapkan pada tantangan bagaimana mendapatkan air yang cukup bagi pengungsi, sementara warga sendiri juga sudah bertahun-tahun kesulitan air.

Penderitaan pengungsi

”Ketika saya dan keluarga lari dari Homs (Suriah) ke Ramtha beberapa bulan lalu, kami tak bisa mendapatkan air minum yang cukup,” kata Abu Eid, pria yang memiliki dua putra dan empat putri. ”Kadang-kadang saya menahan rasa lapar agar tidak sering pergi ke toilet karena tidak ada air untuk bilas. Tetapi sekarang kami sudah terbiasa dengan situasi ini,” tambahnya.

Maher, pengungsi lain dari Suria yang tinggal di batas kota Ramtha, mengatakan, dia harus membeli air setiap hari. ”Kami kekurangan air sepanjang waktu. Saya mandi setiap 10 hari,” tambahnya.

Basma, perempuan pengungsi Suriah yang menetap di Irbid, masih optimistis Pemerintah Jordania akan membantu mereka. ”Saya tidak kesulitan air di Jordania. Saya pikir orang-orang Jordania bisa membantu kami,” katanya.

Menurut Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR), lebih dari 20.000 warga Suriah terdaftar di PBB sebagai pengungsi di Jordania.

Jordania menyediakan layanan kesehatan gratis untuk pengungsi yang terdaftar oleh PBB.

Aoife McDonnell dari UNHCR Jordania mengatakan, pihaknya menyadari melayani ”tamu” sebanyak itu sangat sulit. ”Mengingat sumber daya air yang terbatas sangat sulit untuk menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan konsumsi,” tutur dia.

(AFP/AP/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com