MATARAM, KOMPAS.com – Kasus kematian tiga orang TKI Lombok yang ditembak di Malaysia hingga hari ini belum terungkap. Terkait hal itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Rabu (30/5/2012) mendatangi keluarga tiga TKI asal Pringgasela, Lombok Timur untuk mendalami kasus tersebut.
Salah satu poin yang ingin didalami adalah komunikasi terakhir antara keluarga dan ketiga TKI pada malam kejadian, sebelum mereka dilaporkan hilang dan terbunuh.
Anggota Komnas HAM, Ridho Saleh usai menemui keluarga dan mengunjungi makam almarhum Herman dan Abdul Kaddir Zaelani menyatakan, berdasarkan penelusuran tim Komnas HAM di Malaysia terdapat sejumlah kejanggalan. Kejanggalan itulah yang perlu didalami.
Salah satu kejanggalan itu adalah, lokasi tempat tertembaknya ketiga TKI itu sangat jauh dari kediaman mereka di Malaysia. Lalu, ada pengakuan dari majikan ketiga TKI yang tak mempercayai tuduhan perampokan oleh ketiga TKI. ”Majikan ketika TKI heran, menurut mereka ketiganya tidak punya catatan kriminal dan dikenal sebagai pekerja yang baik,“ kata Saleh.
Terkait masih belum adanya keputusan yang terang tentang kasus ini, Ridho meminta masyarakat untuk tidak memberikan stigma negatif kepada keluarga TKI. Kasus kematian ketiganya, kata Ridho, sudah menjadi pukulan yang sangat berat bagi mereka. Trauma dan dampak dari pernyataan pemerintah Malaysia yang menyatakan ketiga TKI ditembak karena tuduhan merampok benar-benar telah dirasakan keluarga TKI.
Nurmawi, kakak dari almarhun Mad Noor, mengaku saat ini merasa malu untuk keluar bekerja seperti biasanya. “Kami sangat merasa malu dan terpukul karena tuduhan perampokan itu. Ayah saya sampai tidak pernah keluar rumah seperti biasa karena malu dengan tuduhan perampokan itu,” kata Nurmawi.
Beban berat akibat tuduhan merampok juga dirasakan keluarga almarhum Herman. Saat Komnas HAM berkunjung ibunda Herman masih terlihat murung, nyaris tak pernah terlihat ada senyum di wajahnya. “Anak saya sejak kecil hingga dewasa tidak pernah sama sekali mencuri ayam orang di kampung kami, jadi saya sama sekali tidak terima jika dia kemudian dituduh merampok. Kalaupun dia merampok kenapa tidak dilumpuhkan saja, kenapa harus dibunuh?” kata Haji Maksum, orang tua Herman.
Selain tak terima tuduhan merampok yang menyebabkan kematian ketiga TKI, keluarga juga masih meragukan hasil otopsi yang dilakukan PoLda NTB yang menyatakan organ tubuh ketiga TKI utuh dan dugaan penjualan organ tidak terbukti.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.