Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

90 Tewas, DK PBB Didesak Segera Beraksi

Kompas.com - 27/05/2012, 02:48 WIB

Damaskus, Sabtu - Dewan Nasional Suriah yang beroposisi, Sabtu (26/5), mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa segera bertindak setelah tersiar kabar puluhan rakyat sipil tewas akibat serangan pasukan Suriah di kota Houla.

Lembaga Pemantau untuk Hak Asasi Manusia Suriah melaporkan, tentara Suriah melancarkan serangan artileri yang menewaskan lebih dari 90 penduduk, termasuk 25 anak, sehari sebelumnya.

Video amatir yang diunggah di situs Youtube memperlihatkan jenazah anak-anak berbalut selimut terbaring di lantai di beberapa ruangan dengan kondisi mengenaskan. Salah satu gambar memperlihatkan jenazah 14 anak-anak dibaringkan bersebelahan.

Lembaga pemantau yang berpusat di Inggris itu menambahkan, penduduk yang selamat berlarian meninggalkan kota, khawatir akan serangan lanjutan. Mereka menuduh komunitas internasional ”berdiam diri di hadapan pembantaian massal yang dilakukan rezim Suriah”.

Juru bicara Dewan Nasional Suriah (SNC), Basma Kodmani, mengklaim, jumlah korban tewas lebih banyak lagi. ”Lebih dari 110 orang terbunuh, sebagian di antaranya anak-anak, oleh pasukan rezim Suriah. Sebagian korban tewas karena serangan artileri berat, sedangkan korban lainnya, bersama keluarga mereka, dibantai,” katanya.

”SNC mendesak Dewan Keamanan PBB segera menggelar sidang darurat untuk memeriksa situasi di Houla serta untuk menentukan tanggung jawab PBB atas pembantaian massal dan pengusiran paksa warga dari daerah asalnya,” kata Kodmani.

Lewat sambungan televideo Skype, aktivis oposisi bernama Abu Yazan mengatakan, pasukan pemerintah melancarkan serangan artileri ke kubu antipemerintah di Houla setelah terjadi unjuk rasa seusai shalat Jumat. Houla terletak 40 kilometer barat laut Homs, kota basis oposisi yang lebih dulu hancur lebur digempur senjata berat.

Yazan mengatakan, 12 orang tewas akibat serangan artileri ini. Tak lama, sekelompok orang bersenjata propemerintah yang dikenal sebagai shabiha menyerbu Desa Taldau di selatan Houla, Mereka menyerbu permukiman dan menembaki penduduk sipil.

”Mereka membunuh semua keluarga, dari orangtua hingga anak-anak. Terutama anak- anak,” katanya.

Menanggapi klaim oposisi ini, kantor berita milik pemerintah, SANA, menyalahkan ”kelompok teroris bersenjata” yang bertanggung jawab atas jatuhnya korban. ”Pertempuran yang terjadi berujung pada terbunuhnya sejumlah teroris. Beberapa anggota pasukan khusus juga tewas sebagai martir,” lanjut SANA.

Potongan gambar yang diunggah aktivis oposisi di Youtube juga disiarkan oleh televisi pemerintah. Namun, keterangan yang menyertai menyebut mereka adalah korban dari pembunuhan yang dilakukan oleh ”kelompok teroris”.

Pemerintah Suriah selalu beralasan, bentrokan dan kontak senjata yang terjadi selama 14 bulan terakhir antara pasukan pemerintah dan oposisi sebagai konspirasi teroris yang dilakukan pihak luar. Tuduhan ini didasarkan pada seruan pemimpin negara-negara Teluk—yang didominasi kelompok Sunni—untuk mempersenjatai kelompok mayoritas Sunni di Suriah guna melawan rezim Presiden Bashar al-Assad yang berasal dari kelompok minoritas Alawite. 

Terbesar

Insiden di Houla menjadi pukulan terbesar bagi solusi damai PBB yang dicetuskan utusan khusus PBB dan Liga Arab, Kofi Annan. Di antara poin dalam solusi damai itu adalah penghentian kekerasan dan gencatan senjata, yang seharusnya berlangsung mulai 12 April.

Namun, kekerasan belum berhasil dihentikan. Gencatan senjata tak berhasil diwujudkan dan PBB mencatat korban tewas telah melebihi 10.000 orang. Jumlah korban yang jatuh dalam peristiwa terakhir di Houla, jika berhasil diverifikasi, juga menjadi yang terbanyak sejak tim pemantau PBB diterjunkan mengawasi gencatan senjata.

Pada Sabtu petang, beberapa anggota tim pemantau PBB tiba di Houla untuk melihat keadaan sesungguhnya. Mereka mendatangi Desa Taldau ”untuk mendokumentasikan tindakan kriminal yang terjadi dalam 24 jam terakhir yang melanggar gencatan senjata,” menurut Pemantau HAM Suriah. Lembaga itu menambahkan, ledakan dan letusan senjata masih terdengar saat tim pemantau tiba di sana.

Kegagalan PBB memaksakan gencatan senjata mengundang protes massa. Di Kfarnabel, Provinsi Idlib, puluhan orang turun ke jalan sebagai reaksi atas insiden di Houla. Mereka marah dengan komunitas internasional yang membiarkan kerusuhan di Suriah terus terjadi.

Seorang pengunjuk rasa membawa poster bertuliskan ”(Kofi) Annan bertanggung jawab atas pembantaian di Houla”.

Dari Paris, Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius mendesak semua pihak segera menjalankan solusi damai Annan. Perancis juga meminta pertemuan kelompok Sahabat Suriah. Fabius menyebut insiden di Houla sebagai ”pembantaian” dan meminta pertemuan dengan Annan, Minggu.

”Tim pemantau PBB harus bisa menjalankan misinya. Usulan solusi damai dari utusan khusus PBB dan Liga Arab harus segera dilaksanakan,” kata Fabius. Adapun pertemuan Sahabat Suriah, negara-negara yang mendesak Presiden Assad mundur, akan dilakukan di Paris dalam waktu dekat. (AP/AFP/reuters/was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com