Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Helipad Jadi "Wisata" Bencana

Kompas.com - 14/05/2012, 04:17 WIB

Keberadaan ribuan warga yang memadati sekeliling lapangan memaksa petugas bekerja ekstra keras. Mereka berusaha menghalau warga agar tidak semakin merangsek ke dalam lapangan. Hal itu agar tidak mengganggu proses estafet pemindahan kantong jenazah dari helikopter Puma ke helikopter lain yang akan berangkat ke Halim Perdanakusuma.

Berkali-kali pula petugas dari TNI AU yang berjaga di sekitar lapangan memperingatkan warga yang merokok untuk mematikan puntungnya. ”Rokoknya dimatikan Pak, nanti kalau ada percikan api, helikopter ini bisa meledak,” seru seorang petugas.

Menurut Kepala Polres Bogor Ajun Komisaris Besar Hery Santoso, sekitar 120 personel kepolisian dikerahkan untuk mengatur arus lalu lintas di sekitar wilayah evakuasi.

Aktivitas kemanusiaan

Rohmat (31), guru honorer kelas III di SD Sindanglaya, mengaku teringat masa tahun 1990-an saat masih bersekolah di wilayah Loji di bawah kaki Gunung Salak. Saat ada helikopter melintas di atas sekolahnya untuk melakukan evakuasi, tanpa menghiraukan gurunya, Rohmat langsung keluar untuk melihat deru suara tersebut.

Sekarang, 20 tahun telah berlalu, giliran Rohmat menjadi guru di tempat dia bersekolah, SD Sindanglaya. Kamis lalu, saat evakuasi berlangsung dan helikopter hilir mudik di atas sekolahnya, banyak anak didiknya keluar untuk melihat helikopter yang melintasi sekolah mereka untuk mengevakuasi korban.

Rohmat tak bisa marah dan hanya bisa tersenyum, apalagi kini halaman sekolah mereka dijadikan markas evakuasi Pos Loji. Sebagian ruang kelas turut dipakai. Ruang kelas IV dipakai sebagai tempat tidur para anggota Brimob yang bertugas di situ. Ruang kelas I dan II dipakai Dompet Dhuafa Disaster Management Center untuk Journalist Center, yang menyediakan layanan bagi wartawan dan pekerja media.

Menginjak hari ketiga, Sabtu pagi, sebagian anak-anak dan semua guru tetap hadir di sekolah. Namun, tak ada aktivitas belajar-mengajar. Nining, salah seorang guru, mengatakan, sekolah tidak bisa meliburkan anak didik. Apabila sekolah meliburkan anak didik, pihaknya bisa ditegur oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor.

Namun, untuk melanjutkan kegiatan belajar-mengajar, kata Rohmat, hal itu sulit. Selain anak didik tidak lagi bisa berkonsentrasi dengan aktivitas helikopter yang melakukan evakuasi, sebagian lokasi sekolah juga digunakan untuk aktivitas kemanusiaan. Satu ruang kelas dipakai untuk tempat tidur anggota Brimob di waktu malam dan dua ruang kelas selama 24 jam dipakai untuk tempat bekerja dan istirahat wartawan, sukarelawan, dan anggota SAR.

Rohmat mengatakan, kalau hingga Senin halaman sekolah masih dijadikan posko evakuasi, kegiatan-belajar mengajar dibagi dua kali. Kelas I dan II masuk pagi dan kelas III, IV, V masuk siang.

”Paling itu strategi kami agar anak-anak tidak terlalu ketinggalan pelajaran dan bisa mengikuti ujian sekolah dengan baik,” ujar Rohmat. (GAL/CAS/ICH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com