Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sengketa Dua Negara Meluas

Kompas.com - 11/05/2012, 02:42 WIB

BEIJING, KAMIS - Ketegangan antara China dan Filipina, terkait sengketa wilayah di kawasan beting (dangkalan) Scarborough, mulai merembet ke mana-mana. Setelah sekitar 1,5 bulan kedua pihak saling lempar kecaman dan menempatkan kapal di perairan sengketa, China mulai melancarkan perlawanan konkret secara ekonomi.

Sebuah peringatan muncul dalam tulisan editorial di surat kabar pemerintah di Beijing, China Daily, Kamis (10/5). Peringatan ditujukan kepada warga negara China yang berencana bepergian atau berwisata ke Filipina.

Calon wisatawan China diperingatkan bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat dan aman untuk bepergian, apalagi berwisata ke Filipina. Pemerintah beralasan, perang bisa pecah sewaktu- waktu antara China dan Filipina, menyusul terus menegangnya hubungan kedua negara.

Peringatan sama juga disampaikan Kedutaan Besar China di Manila, Filipina, kepada warga negara China yang tinggal atau berada di Filipina. Mereka diminta selalu berhati-hati dan berusaha mencari tempat aman.

Selain itu, mereka diminta untuk tidak bepergian keluar, apalagi jika hanya seorang diri atau untuk urusan tidak terlalu penting.

”Kalau kebetulan Anda berhadapan dengan aksi unjuk rasa, segera menjauhkan diri. Jangan berhenti untuk menyaksikan,” begitu lebih kurang isi peringatan tertulis Kedubes China.

Akibat peringatan itu, sejumlah perusahaan perjalanan dan pariwisata China segera menunda program liburan dan wisata mereka ke Filipina. Agen wisata Negeri Tirai Bambu itu, seperti China International Travel Service, menunda seluruh program perjalanan.

Agen perjalanan itu termasuk salah satu yang terbesar di China. Hal serupa juga dilakukan agen perjalanan nasional berbasis online, Ctrip.com.

Agen pariwisata online itu mengutip peringatan pemerintah yang menyebut saat ini di Filipina tengah berkembang ”sentimen anti-China”.

Hal sama juga dilakukan Biro Turisme Shanghai dan agen perjalanan lain di kawasan timur China, Yiyou dan Guojikuaixian.

Akan tetapi, setiap perusahaan perjalanan dan wisata tadi mengaku memutuskan sendiri kebijakan menyetop program wisata mereka dan bukan lantaran ada tekanan dari pemerintah.

Filipina terlalu menekan

Dalam editorial China Daily tadi juga disebutkan, pemerintah dan pimpinan Filipina selalu berupaya menyudutkan China sampai ke posisi di mana tidak ada lagi pilihan, selain menggunakan senjata. ”Sejak zaman dahulu kala, negeri kami menganggap perang adalah langkah terakhir dalam hubungan antarnegara,” demikian editorial itu.

Akan tetapi, mereka menilai, Manila hidup dalam sebuah dunia fantasi dengan salah menganggap kesabaran China sebagai bentuk ketakutan.

Sebelumnya, dalam editorial surat kabar yang sama sepekan terakhir, Pemerintah China disebut sudah bersiap menggunakan keunggulan militer untuk menghancurkan Filipina.

Saat ini, kedua belah pihak sama-sama menempatkan kapal-kapal sipil mereka di perairan sekitar dangkalan Scarborough sejak 8 April.

Stop impor pisang

Selain menghambat kunjungan turis dari China, Beijing juga mengeluarkan kebijakan konkret lain untuk ”menekan” Filipina.

Mereka memperketat pengawasan impor buah-buahan asal Filipina, salah satunya buah pisang. China merupakan pengimpor satu-satunya dan terbesar buah pisang produksi Filipina.

(AFP/AP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com