Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik yang Tiada Berakhir

Kompas.com - 22/04/2012, 01:57 WIB

Untuk mendukung klaimnya di lapangan, Khartoum mengutip keputusan Pengadilan Tetap Arbitrase di Den Haag pada tahun 2009 yang mengatakan, Heglig adalah bagian Sudan. Juba menyangkalnya dengan mengutip tapal batas internal yang dibuat pemerintah kolonial Inggris. Klaim Sudan Selatan juga didasari bahwa daerah itu tidak didiami etnik Arab seperti yang mendominasi Sudan.

Kemerdekaan Sudan Selatan pada 9 Juli 2011 tidak otomatis menekan konflik di perbatasan. Justru eskalasinya meningkat. Daerah perbatasan yang umumnya berada di cekungan kaya minyak hampir pasti menjadi titik api persengketaan.

Menjalar

Pertikaian senjata di perbatasan ternyata tidak saja melibatkan pasukan resmi Sudan dan Sudan Selatan. Setelah dua minggu pertikaian terjadi di Heglig, konflik perebutan ladang dan kilang minyak telah menjalar ke daerah perbatasan lain.

Lihat, misalnya, pemberontak di Negara Bagian Blue Nile (Nil Biru), Sudan, pada hari Jumat (20/4) mengatakan, mereka telah membunuh 79 tentara Pemerintah Sudan dan milisi dalam dua serangan. Blue Nile dihuni dua etnik yang selama ini sering bertikai dan terletak di dekat perbatasan Sudan Selatan.

Serangan-serangan itu terjadi pada hari Selasa dan Rabu lalu di daerah yang sama, daerah pegunungan sekitar 35 kilometer selatan Ed Damazin, ibu kota Blue Nile. Arnu Ngutulu Lodi, juru bicara pemberontak Gerakan Utara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLM-N), mengatakan, mereka telah mengusir tentara Sudan dari perbatasan.

SPLM-N adalah sekutu dari bekas pemberontak, yakni SPLM, yang menguasai Sudan Selatan. Mereka terlibat pertempuran selama beberapa bulan di Blue Nile dan Kordofan Selatan, keduanya di perbatasan Sudan dan Sudan Selatan.

Masih ada lagi kelompok pemberontak yang bergerilya di perbatasan. Dalam pertempuran Rabu malam lalu, misalnya, gerilyawan Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menguasai pos terdepan di utara Heglig. Hal itu disampaikan juru bicara JEM, Gibril Adam Bilal.

Bilal mengatakan, mereka telah mengepung kompleks utama Angkatan Bersenjata Sudan (SAF). Tiga gerilyawan JEM dilaporkan tewas dan belum diketahui berapa korban di pihak SAF. Daerah berada dekat Kelet, di mana pasukan Sudan Selatan memukul mundur militer SAF dan menghancurkan dua tank.

JEM adalah gerilyawan utama Darfur. Kementerian Luar Negeri Sudan mengklaim, gerilyawan berperang bersama Juba melawan SAF, tetapi dibantah Bilal. Pejuang Darfur bersumpah menumbangkan rezim Khartoum karena dinilai tak mewakili keberagaman politik, etnik, dan keagamaan setelah penerapan syariat Islam.

Hingga tulisan ini diturunkan, pertikaian di perbatasan, terutama di Heglig dan Blue Nile, masih sengit. Sudan seakan terdorong ke perang besar yang melelahkan, seperti pernah terjadi pada 1955-1972 dan 1983-2005. Selama itu, perang menewaskan 2 juta orang.

Kekuatan dunia, seperti DK PBB, Uni Afrika, Uni Eropa, dan AS, mendesak Khartoum mengakhiri serangannya. Juba juga didesak menarik pasukan dari Heglig, Seruan itu tidak digubris, pertikaian terus berkobar. (AFP/AP/REUTERS/GNOP.COM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com