OSLO, RABU
Breivik menegaskan hal itu pada hari ketiga sidang pengadilan di Oslo, Norwegia, Rabu (18/4). Berbeda dengan dua sidang sebelumnya saat Breivik tampil tenang dan kalem, pada hari ketiga ini ia terlihat gusar menanggapi pertanyaan jaksa.
Jaksa penuntut umum Inga Bejer Engh terus mencecar Breivik dengan berbagai pertanyaan mengenai jaringan militan Ksatria Templar (Knights Templar/KT). Dalam manifesto setebal 1.500 halaman yang ia unggah di internet, Breivik mengaku turut mendirikan jaringan KT itu di Inggris pada 2002.
Polisi Norwegia berusaha melacak jaringan tersebut, tetapi tidak berhasil. Breivik mengatakan polisi bekerja kurang keras untuk melacak jaringan milisi ultranasionalis Eropa itu.
Menurut Breivik, ia pertama kali bertemu dengan salah satu tokoh ”militan nasionalis” itu di London, tahun 1999, saat ia masih berusia 20 tahun. Dua tahun kemudian ia bertemu beberapa tokoh lagi.
Pada 2001, Breivik sempat ke Liberia untuk bertemu seorang milisi yang disebut sebagai ”pahlawan perang” Serbia. Breivik menyamar sebagai pekerja
Unicef dan sebagai penyelundup berlian darah agar bisa bertemu orang Serbia itu.
Masih di tahun yang sama, Breivik mengaku serangan 11 September 2001 di New York, AS, oleh Al Qaeda, menjadi kunci sikap radikalnya.
Meski demikian, Breivik enggan menjabarkan siapa saja yang terlibat dalam jaringannya, dan kapan serta di mana mereka pernah bertemu.
”Saya tak ingin memberi informasi yang bisa membuat orang lain ditahan,” ujar dia.
Saat terus dicecar, Breivik makin gusar dan menganggap jaksa hanya berusaha membuat publik meragukan seluruh pernyataannya. Dia juga merasa proses pengadilan ini berusaha mengolok-olok dirinya secara personal, dan tidak fokus pada keyakinan ideologinya.