Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemberontak Suriah Akan Mendapat Gaji

Kompas.com - 02/04/2012, 08:06 WIB

Para pemberontak yang melawan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, akan mendapat gaji, seperti diumumkan oleh kelompok oposisi Dewan Nasional Suriah, SNC.

Selain itu, tentara yang membelot dari pemerintah juga akan mendapat bayaran. Keputusan tersebut diumumkan setelah pertemuan di Istanbul, Turki, Minggu 1 April.

Dana untuk pembayaran tersebut berasal dari negara-negara Teluk, yang akan menyumbang jutaan dollar ke SNC setiap bulannya.

Dalam pertemuan tersebut, perwakilan dari sekitar 70 negara juga menegaskan dukungan atas perubahan politik di Suriah dan mengakui SNC sebagai perwakilan sah dari warga Suriah.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, mengatakan pemerintahnya akan memberi bantuan langsung dalam bidang komunikasi kepada kubu oposisi.

"Pemahaman saya adalah oposisi meningkatkan intensitasnya, bukan berkurang. Mereka tidak hanya menjadi lebih terfokus dan lebih terorganisir namun juga lebih meluas dan melibatkan lebih banyak," tutur Clinton kepada para wartawan.

Rusia dan China tidak hadir

Wartawan BBC di Istanbul, Jonathan Head, melaporkan keputusan untuk membayar gaji kepada para pemberontak merupakan langkah yang penting dalam mengakui perlawanan bersenjata sebagai upaya untuk menjatuhkan Presiden al-Assad.

Selepas pertemuan, Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, menegaskan bahwa usulan perdamaian yang diajukan mantan Sekjen PBB, Kofi Annan -yang secara prinsip sudah disepakati pemerintah Damaskus- bukan merupakan sesuatu yang kaku.

"Kami akan melihat yang terjadi dalam beberapa hari, khususnya menyangkut misi Kofi Annan dan akan melihat alternatif-alternatif untuk membantu warga Suriah."

"Saya mengatakan semua alternatif dengan solidaritas penuh dari 83 bangsa dan organisasi internasional," tambah Davutoglu.

Pemerintah Damaskus mengecilkan makna pertemuan Istanbul dan menyebut peserta pertemuan sebagai 'musuh Suriah' sementara tiga negara yang penting dalam krisis Suriah -Rusia, China, dan Iran- tidak hadir.

Kekerasan berlanjut

Para pegiat hak asasi juga mengkritik pertemuan di Istanbul karena dianggap membuang-buang waktu berhubung kelompok oposisi terus mendapat serangan dari tentara pemerintah.

"Konferensi harus mempersenjatai oposisi, Tentara Pembebasan. Itulah yang terbaik yang bisa mereka lakukan karena kami sudah lelah dengan janji-janji dan prakarsa-prakarsa. Kami capek," kata seorang pegiat di kota Dael, Hadi al-Yousef, seperti dikutip kantor berita AP.

Kelompok pemberontak yang langsung berhadapan dengan tentara pemerintah Suriah tidak seluruhnya mendukung SNC karena sejumlah pemimpinnya tinggal di luar negeri.

Lembaga pemantau Suriah, yang bermarkas di Inggris, mengatakan sedikitnya 36 orang tewas dalam sejumlah operasi militer di beberapa wilayah Suriah, Minggu 1 April.

Sebagian besar korban adalah warga sipil dan empat di antaranya adalah tentara yang diserang kelompok pemberontak di Provinsi Idlib. Sejak unjuk rasa melawan Presiden Bashar al-Assad marak setahun lalu, PBB memperkirakan sekitar 9.000 orang tewas, termasuk anak-anak dan perempuan.

Pemerintah Suriah mengatakan bahwa mereka sedang menghadapi para penjahat bersenjata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com