"Cedera kepala sebenarnya adalah kejadian stres, terpisah dari yang terjadi pada otak," kata Richard Lipton di Sekolah Kedokteran Albert Einstein di New York, yang tidak terlibat dalam penelitian itu.
Lipton mengatakan ingin melihat apakah tingkat sakit kepala kronis harian di antara tentara tersebut sama dengan warga biasa, yang mengalami gegar otak.
"Saya tidak tahu, tapi saya akan berpikir, yang hidup di ketentaraan, dalam kewaspadaan tinggi, tidak mengejutkan jika tingkat sakit kepala kronis dan sesekalinya lebih tinggi dari pada orang kebanyakan," tambahnya.
Meskipun sakit kepala setelah gegar otak dapat sangat melemahkan bagi sebagian orang, kabar baiknya adalah bahwa itu biasanya hilang bersamaan dengan waktu. Lipton menyatakan kajian menunjukkan bahwa penderitaan itu pada warga biasa dalam banyak perkara hilang dengan sendirinya setelah satu atau dua tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.