Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mekkah-Madinah yang Kosmopolit

Kompas.com - 25/03/2012, 15:43 WIB
Subhan SD

Penulis

Berbagai bangsa memang tumpah-ruah di Mekkah dan Madinah. Menurut filsuf Perancis Ernest Renan (1882), bangsa adalah jiwa yang dipengaruhi adanya kesamaan sejarah, nasib, untuk hidup bersama (le desir de vivre ensemble).

Di kalangan umat Islam, menurut Prof Quraish Shihab, paham kebangsaan pertama kali diperkenalkan oleh Napoleon saat melakukan ekspedisi ke Mesir. Pasca Revolusi 1789, Perancis berupaya melebarkan hegemoninya. Kala itu Mesir dikuasai para Mamluk di bawah kekhalifahan Utsmani. Meskipun penguasa-penguasa Mesir beragama Islam, tetapi dibangun politik pemisahan bahwa mereka adalah keturunan Turki.

Napoleon menyatakan orang-orang Mamluk adalah orang asing di Mesir. Napoleon pun memperkenalkan istilah Al-Ummah Al-Mishriyah (kira-kira berarti bangsa Mesir), mereduksi konsep yang lebih luas yaitu Al-Ummah Al-Islamiyah.

Ikatan kemanusiaan

Walaupun secara politis terlingkari dengan negara bangsa (nation-state), tetapi di Mekkah dan Madinah saya menyaksikan segala perbedaan itu justru mempersatukan. Justru saling membantu, saling berbagi tempat shalat walau berdesak-desakan, berbagi sajadah, dan sebagainya. Perbedaan benar-benar rahmat.

Menurut Nur Syam (Tantangan Multikulturalisme Indonesia, 2009) dengan konsep syu'uban wa qabailan (bersuku-suku dan berbangsa-bangsa), Islam sangat menghargai perbedaan. Ada perbedaan tetapi memiliki kesamaan dalam tali ikatan kemanusiaan (hablum min al-nas). Seperti teringat ungkapan filsuf Yunani Diogenes Laertius (412-323 SM) yang mengaku sebagai warga dunia.

Perasaan seperti Diogenes itulah yang saya rasakan waktu berada di Mekkah dan Madinah. Sangat kosmopolit, sangat humanis!

Allah SWT jelas memiliki tujuan menciptakan manusia dengan keragamannya itu. Di dalam Al-Quran surat Al-Hujurat (49) ayat 13, Allah berfirman: "Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".

Wallahu 'alam bissawab.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com