KOMPAS.com - Presiden Belarus Alexander Lukashenko menolak mengampuni dua lelaki yang didakwa hukuman mati karena melakukan peledakan di jaringan kereta bawah tanah di Minsk pada April tahun lalu.
Keputusan ini diambil dengan alasan satu-satunya risiko dan beratnya konsekuensi bagi masyarakat dari kejahatan. Demikian pernyataan yang disampaikan di stasiun televisi pemerintah Belarus pada Rabu malam. Di dalam pernyataan itu juga disampaikan bahwa kedua lelaki itu bisa dieksekusi kapan saja.
Dmitry Konovalov dan Vladislav Kovalyov terbukti bersalah membawa bom yang menewaskan 15 orang dan menyebabkan lebih dari 200 orang lainnya luka-luka.
Di dalam persidangan diketahui Konovalov merancang alat peledak, membawanya ke stasiun kereta bawah tanah, dan kemudian meledakkannya. Sementara Kovalyov mengetahui rencana itu, namun gagal melaporkannya.
Pegiat hak asasi manusi mendesak Belarus untuk tidak menerapkan hukuman mati pada kasus tersebut. Belarus, sebagaimana warta AP dan AFP, adalah satu-satunya negara di Eropa yang masih memberlakukan hukuman mati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.