Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Kairo hingga Damaskus

Kompas.com - 11/03/2012, 04:37 WIB

Oleh Musthafa Abd Rahman

Kompleksnya persoalan Suriah, yang tak hanya menyangkut konflik antara rezim Presiden Bashar al-Assad dan kubu oposisi, membuat semua mata dan sekaligus harapan kini tertuju pada misi mantan Sekjen PBB yang kini ditunjuk sebagai utusan khusus PBB dan Liga Arab untuk isu Suriah, Kofi Annan. 

Figur Annan diharapkan bisa diterima semua pihak yang berseteru dalam isu Suriah. Pasalnya, persoalan Suriah sekarang bukan hanya konflik antirezim Presiden Bashar al-Assad semata, melainkan juga konflik kekuatan regional dan internasional yang bertarung itu. Di belakang rezim Presiden Assad, terdapat Rusia, China, Iran, Irak, dan Hezbollah. Di balik kubu oposisi, ada dunia Barat, Liga Arab, dan Turki.

Rumitnya, setiap proposal damai yang ditawarkan satu kubu selama ini mudah ditolak oleh kubu lain. Sudah banyak proposal damai yang ditawarkan di lapangan, yakni ada proposal damai Liga Arab, proposal damai Rusia, dan terakhir proposal damai China. Namun, semua proposal damai itu hanya di atas kertas lantaran disambut dingin oleh kelompok yang berseberangan.

Hal itu disebabkan, keputusan soal Suriah kini tidak berada di Damaskus, tetapi di kota-kota lain, seperti Washington DC, London, Paris, Istanbul, Moskwa, Beijing, Kairo, Doha-Qatar, dan Riyadh-Arab Saudi. Kekuatan-kekuatan yang berseteru dalam soal Suriah itu kini tampaknya sudah ditimpa pula oleh persoalan psikologis. Mereka satu sama lain semakin saling tidak percaya.

Inilah yang ditunggu, apakah Kofi Annan mampu menjadi figur yang bisa dipercaya semua pihak dan mampu menjembatani kepentingan mereka itu.

Annan memiliki modal rekam jejak yang baik di mata kelompok yang kritis terhadap Barat. Ketika menjabat Sekjen PBB, Annan adalah pejabat yang menolak keras invasi AS ke Irak tahun 2003.

Sebaliknya, Annan juga disegani oleh dunia Barat karena dinilai berhasil ketika menjabat Sekjen PBB selama dua periode.

Jika diplomasi Annan sekarang bisa diterima oleh pihak-pihak yang berseteru itu, maka persoalan awal, yakni masalah psikologis, sudah terselesaikan dan bisa membuka pintu ke arah solusi atas persoalan berikutnya.

Kofi Annan sendiri tampaknya sudah menyadari bahwa keputusan untuk menangani Suriah tidak berada di Damaskus, tetapi di kota-kota lain itu. Kemungkinan karena itulah Kofi Annan lalu memilih memulai misi sulitnya itu dari kota Kairo, tempat kantor Liga Arab.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com