Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masalah Keluarga Bisa Picu Bunuh Diri

Kompas.com - 04/03/2012, 02:30 WIB

Sabtu (3/3) siang, jasad Iskandar Naro (51) dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Karet. Ayah tiga anak itu tewas gantung diri di salah satu kamar rumah orangtuanya di Jalan Warga Nomor 1A, RT 15 RW 03, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat.

Tak ada satu pun pihak keluarga yang bersedia memberikan keterangan terkait kondisi Iskandar sebelum gantung diri. Menurut beberapa warga, Iskandar dikenal sebagai pengacara. Dia bersama istri dan ketiga anaknya tinggal di Bintaro.

Kematian Iskandar menjadi peristiwa bunuh diri yang kelima selama sepekan ini di DKI Jakarta dan Bekasi.

Empat peristiwa sebelumnya terjadi di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Bekasi. Kasus pertama adalah bunuh diri yang dilakukan seorang auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Dedek Purwana Cahya (37), dengan cara terjun dari lantai 12 di kantornya di Jalan Pramuka, Jakarta Timur.

Kemudian, ditemukan lagi seorang laki-laki berusia 30-an tahun yang tewas gantung diri di langit-langit rumah kontrakannya di Jalan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur.

Di Bekasi, seorang perempuan, Yayat Rohayati (50), gantung diri di kamar mandi rumah kontrakannya, di Kampung Bulak Sentul, Harapan Jaya, Bekasi Utara. Bahkan, seorang anak, RS (15), di Kelurahan Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, juga nekat gantung diri di kamar mandi.

Data bunuh diri di Polda Metro Jaya menunjukkan tak ada perubahan signifikan terkait jumlah orang bunuh diri setiap tahun. Pada 2009 tercatat 105 orang bunuh diri, tahun 2010 ada 119 orang bunuh diri, dan tahun 2011 sebanyak 99 orang bunuh diri. Gantung diri merupakan modus terbesar yang dilakukan korban bunuh diri.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, bunuh diri yang terjadi di Jakarta dan wilayah sekitarnya sebagian besar dipicu masalah internal keluarga. ”Umumnya korban yang bunuh diri itu sedang terbelit masalah di dalam keluarganya,” ujarnya.

Rikwanto memberikan contoh kasus bunuh diri RS. Belakangan diketahui, korban menggantung diri karena ingin memiliki telepon seluler pintar seperti Blackberry. Karena keluarganya tak mampu dan komunikasi di dalam keluarganya juga sangat minim, RS akhirnya menunjukkan sikap dengan gantung diri.

Menurut dokter kesehatan jiwa di Rumah Sakit Duren Sawit, Joni H Ismoyo, kunci utama untuk mengurangi ketegangan jiwa adalah menjalin komunikasi yang lancar antar-anggota keluarga. ”Bunuh diri itu antara lain akibat orang tak dapat membagi masalah hidupnya sehingga melakukan tindakan fatal,” katanya. (Madina Nusrat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com