Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Homs Hadapi Serangan Akhir

Kompas.com - 01/03/2012, 05:02 WIB

Damaskus, Rabu - Pasukan Suriah hari Rabu (29/2) mulai melakukan ”pembersihan akhir” pertahanan oposisi di Homs, setelah menggempurnya selama 26 hari berturut-turut. Nyaris tiada lagi tempat aman bagi oposisi.

Sebuah sumber keamanan pemerintah melukiskan para tentara Suriah mulai menyisir bangunan demi bangunan, dan bahkan dari rumah ke rumah, di kota Homs ”untuk membersihkan setiap bangunan dan lorong dari senjata-senjata dan teroris-teroris”.

Versi pengamat hak-hak asasi manusia Suriah mengatakan, pasukan perlawanan terus ”mempertahankan diri dari upaya penyerbuan” yang dilakukan pasukan pemerintah. Aktivis HAM yang berbasis di Homs, Hadi Abdullah, melaporkan, memang telah terjadi baku tembak sengit di sekitar Baba Amr (benteng pertahanan oposisi di Homs), namun Baba Amr masih berada di tangan para pejuang.

Hadi Abdullah menuturkan melalui telepon kepada AFP, pasukan elite pimpinan saudara kandung Presiden Assad, Maher Assad, sudah mengepung Baba Amr, dan sepertinya tengah bersiap untuk melakukan ”serangan akhir”.

Korban lebih dari 7.500

Perkembangan terkini Suriah memang memprihatinkan. Hari Selasa itu saja, menurut aktivis, setidaknya 25 orang tewas akibat serangan pasukan pemerintah. Dan khusus untuk Homs, dalam 24 hari terakhir serangan pasukan pemerintah sudah jatuh korban ratusan warga sipil.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan, dalam 11 bulan semenjak munculnya aksi perlawanan rakyat terhadap rezim Bashar al-Assad, sudah lebih dari 7.500 orang tewas oleh pasukan Pemerintah Suriah.

”Ada laporan terpercaya bahwa jumlah korbannya saat ini melebihi 100 orang per hari, termasuk wanita dan anak-anak,” ujar Wakil Sekjen PBB untuk urusan Politik Lynn Pascoe kepada Dewan Keamanan PBB.

Sementara versi Pemerintah Suriah, bulan Desember lalu pihaknya mengatakan bahwa ”kelompok-kelompok teroris bersenjata” telah menewaskan lebih dari 2.000 tentara serta polisi.

Saat dunia prihatin melihat pertumpahan darah di Suriah, Perancis mengungkapkan bahwa Dewan Keamanan PBB kini tengah menggodok resolusi baru untuk Suriah, dan mengimbau Rusia dan China tidak memvetonya lagi, seperti dialami resolusi sebelumnya.

Draf resolusi yang digodok oleh Washington berfokus pada situasi kemanusiaan, dalam upaya agar mendapat dukungan dari China dan Rusia. Meski demikian, draf tersebut juga berisi upaya mengisolasi Bashar al-Assad yang dituding bertanggung jawab terhadap krisis tersebut, sebuah sikap yang sejak semula tak disepakati Rusia.

Sementara resolusi baru tengah dipersiapkan pihak Barat, kondisi distrik pertahanan oposisi Baba Amr dan bagian kota lainnya di Homs—kota nomor tiga terbesar di Suriah—cukup memprihatinkan. Kalangan aktivis memberitakan, warga yang ketakutan karena gencarnya serangan pasukan pemerintah harus mengalami keadaan serba kekurangan, tanpa persediaan air minum yang layak, makanan, ataupun obat-obatan.

Di Washington, ketika ditanya oleh Senat AS apakah Presiden Bashar al-Assad bisa disebut sebagai kriminal perang, Menlu AS Hillary Clinton mengatakan, ”Akan ada argumen yang dilakukan untuk mengatakan ia masuk kategori itu,” meskipun menggunakan label seperti itu akan membatasi opsi guna membujuk para pemimpin untuk mundur dari jabatannya.

(AP/AFP/Reuters/sha)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com