Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MA Tolak Permintaan Perdana Menteri

Kompas.com - 11/02/2012, 04:40 WIB

Para analis telah mengungkapkan keprihatinannya tentang kemungkinan akan terjadi krisis keuangan di Pakistan. Saat ini, defisit neraca transaksi berjalan Pakistan sudah terjadi dan tampaknya akan semakin memburuk karena beban pembayaran utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF) segera jatuh tempo.

”Saya rasa kejadian ini merupakan kemunduran dari sistem yang ada. Kinerja pemerintah dipengaruhi oleh konfrontasi dengan militer,” ujar Talat Masood, seorang pensiunan jenderal dan analis politik.

Pemerintah Pakistan sekarang ini merupakan pemerintahan sipil yang paling lama berkuasa dalam sejarah Pakistan. Diharapkan, pemerintahan kali ini dapat berjalan hingga akhir masa tugasnya. Sudah 64 tahun Pakistan diperintah oleh militer melalui berbagai kudeta.

Tekanan militer

Beberapa pengamat yakin tekanan pengadilan atas kasus korupsi tersebut akan ditimpali oleh militer sehingga mereka dapat menekan pemerintah. ”MA dan pemerintah berada dalam posisi terbuka dan saling menyerang sekarang. Tampaknya jelas sekali pengadilan tidak ingin mendukung pemerintah,” ujar Cyril Almeida, seorang kolumnis harian Dawn.

”Sekali MA, tentara dan oposisi sepakat bahwa pemerintah harus berakhir cepat atau lambat, tampaknya memang sangat sulit bagi pemerintah untuk bertahan,” ujar Almeida.

Kubu militer pekan lalu mengkritik pernyataan Gilani di sebuah koran China. Ketika itu Gilani menyebutkan ada sebuah pernyataan yang diserahkan oleh pimpinan militer kepada MA lewat sebuah memo. Gilani menilai hal itu merupakan skandal.

Gilani juga memecat Menteri Pertahanan Naeem Khalid Lodhi, seorang pensiunan yang dekat dengan para petinggi militer. Pertentangan yang semakin meruncing ini dapat meletupkan kudeta militer di Pakistan dalam beberapa pekan ke depan. Militer Pakistan jengkel karena AS kini membela pemerintah, bukan militer. (AP/TheNational/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com