Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moderasi Islam ala Al-Azhar

Kompas.com - 02/02/2012, 02:16 WIB

Kedua, kebinekaan merupakan fakta sosial-politik yang harus dijadikan pijakan bersama. Sejak pemilu bergulir, muncul proliferasi pemahaman keagamaan yang menafikan eksistensi kalangan non-Muslim. Mereka mengisyaratkan penolakan terhadap kebinekaan. Karena itu, Al-Azhar berada di garda terdepan mengawal kebinekaan.

Siapa pun yang menafikan realitas kebinekaan sebenarnya sedang menafikan titah Tuhan yang telah menciptakan Mesir sebagai tanah subur bagi kebinekaan agama dan keyakinan.

Ketiga, kebebasan merupakan filosofi yang harus dijunjung tinggi di tengah kebinekaan agama dan keyakinan. Menurut Al-Azhar, kebebasan berkeyakinan yang dibangun di atas kesetaraan, baik dalam hak maupun kewajiban, merupakan pilar penting membangun masyarakat kontemporer. Kebebasan berkeyakinan dijamin dalam Islam yang menegaskan prinsip ”tidak ada paksaan dalam beragama” (la ikraha fi al-din).

Piagam yang dicetuskan Al-Azhar, menurut Mustafa al-Fuqi dalam Al-Tsawrah wa al-Muassasah al-Diniyyah: ”Al-Azhar Namudzajan telah memainkan peran sentral memperkokoh solidaritas kebangsaan, bahkan mengusung moderasi dunia Islam. Langkah ini sangat penting dan diharapkan menginspirasi persaudaraan antara Sunni dan Syiah.”

Belajar

Dalam konteks keindonesiaan, pengalaman Al-Azhar patut dicontoh. Inisiatif memperkokoh solidaritas kebangsaan harus muncul dari kekuatan masyarakat sipil. Saat negara absen, bahkan membiarkan hilangnya hak kebebasan beribadah dan berkeyakinan, kantong-kantong moderasi Islam harus berperan riil melindungi kelompok minoritas. Kelompok-kelompok moderat tidak boleh jadi agen pasif, apalagi abai terhadap tindakan diskriminatif kelompok ekstrem.

Dalam beberapa tahun terakhir, yang absen tidak hanya negara, tetapi juga peran publik kelompok Muslim moderat. Bahkan, kelompok ekstrem yang jumlahnya kecil justru menguasai ruang publik dan mendikte negara dengan sejumlah agenda yang bertentangan dengan prinsip kewarganegaraan. Pengalaman Al-Azhar harus menjadi model memperkuat pilar-pilar kebangsaan. Jika kelompok moderat aktif, kalangan ekstremis akan tenggelam.

Sudah saatnya kelompok Muslim moderat bangkit merangkul kelompok minoritas serta memastikan bahwa mereka akan senantiasa dilindungi negara dari berbagai macam intimidasi dan diskriminasi. Kelompok Muslim moderat harus aktif melakukan peran-peran kultural untuk tegaknya kesetaraan, keadilan, dan kedamaian.

Zuhairi Misrawi Analis Politik dan Pemikiran Timur Tengah; Penulis Buku Al-Azhar: Menara Ilmu, Reformasi, dan Kiblat Keulamaan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com