Oposisi hari Senin (30/1) mengatur siasat baru untuk menentang pencalonan Wade. Mereka mengajak seluruh lapisan sosial menggelar protes secara luas dan terorganisasi di seantero negeri, setelah aksi protes lokal di Dakar, ibu kota negara, pada hari Jumat dan Sabtu.
Dakar membara ketika generasi muda Senegal meluapkan kekesalan mereka, Sabtu. Mereka beraksi hingga larut malam untuk memprotes keputusan Mahkamah Agung yang membolehkan Wade bertarung lagi dalam pencalonan presiden. Seorang polisi tewas dilempari batu dalam demonstrasi itu.
Wade sendiri sudah empat kali menjadi presiden sejak tahun 1978, dan terpilih secara konstitusional untuk pertama kalinya pada pemilu 2000. Pencalonan Wade ini untuk maju ke masa jabatan ketiganya berturut-turut. Namun, pencalonan pria berusia 85 tahun ini ditentang keras mayoritas warga, yang dipelopori oposisi.
Wade, kelahiran Dakar, 29 Mei 1926, bersikeras maju dalam pilpres pada 26 Februari mendatang. Dia maju mewakili Partai Demokratik Senegal yang dipimpinnya sebagai sekretaris jenderal partai sejak 1974.
Dewan Konstitusi Senegal, yang terdiri atas lima orang dan disebut ”Lima Orang Bijak”, membolehkan lagi Wade untuk maju.
Pihak oposisi mengatakan, amandemen terhadap konstitusi Senegal menetapkan bahwa masa jabatan seorang presiden dibatasi dua periode. Namun, Wade mengatakan, masa jabatan pertamanya dilakukan sebelum adanya amandemen konstitusi itu sehingga dia boleh maju lagi. Pendapat itu dikukuhkan MA.
Setelah ”Lima Orang Bijak” mengizinkan pencalonan Wade, Jumat lalu, pecahlah unjuk rasa massa yang menentang. MA juga menolak banding dari ikon musik Youssou Ndour, yang mengajukan keberatan atas pencalonannya. Simpatisan Ndour marah, lalu bergabung dalam aksi menolak pencalonan Wade.
Suasana tenang mulai terasa di Dakar, Minggu, setelah pulih dari dua hari demonstrasi yang mengguncang kota itu. Namun, masih banyak pemuda berkumpul di distrik Medina yang menyuarakan penolakan mereka.