Beijing, Selasa -
Menurut kelompok pemerhati Tibet di London, Free Tibet, polisi menembaki warga Tibet yang menggelar protes menentang pembatasan kebebasan beragama di provinsi Sichuan. Provinsi ini didiami banyak penduduk keturunan Tibet.
”Kekuatan kelompok Tibet merdeka dari luar negeri selalu menciptakan rumor dan mendistorsi kebenaran untuk mendiskreditkan Pemerintah China terkait dengan isu Tibet,” demikian juru bicara Kementerian Luar Negeri China kepada kantor berita Xinhua.
Banyak versi mengenai jumlah korban kerusuhan. Menurut tiga biksu dari Biara Drakgo, biara terbesar di kawasan Luhuo, ribuan orang turun ke jalan menuju pos polisi setempat, Senin lalu, ketika sebagian besar orang China merayakan Tahun Baru.
Mereka turun ke jalan untuk meminta jaminan kebebasan beragama dan memprotes korupsi lokal. ”Sekitar pukul 14.00 polisi memuntahkan peluru dari jendela. Satu tewas dan 32 terluka. Kerumunan massa mencair tiga jam kemudian,” ujar biksu itu.
Adapun Radio Free Asia yang mengutip sumber setempat dan Pemerintah Tibet di pengasingan menyebut, enam orang tewas dalam kejadian tersebut.
Versi Xinhua menyebutkan, puluhan orang berkumpul di luar stasiun bus setelah ada seorang lelaki yang memasang pengumuman bahwa ada seorang biksu hendak membakar diri.
”Sekitar pukul 14.00 para pemrotes menjadi liar, mereka mulai menyerang pos polisi dengan batu. Salah satu pemrotes tewas dan lima polisi terluka,” tulis kantor berita pemerintah itu.
Tercatat sedikitnya 16 orang membakar diri di kota tersebut dalam satu tahun terakhir, termasuk empat orang hanya dalam bulan ini saja.
Free Tibet menyatakan, korban tewas bernama Yonten. Jenazahnya dibawa ke biara bersama korban yang terluka. Karena takut, korban tidak dapat memeriksakan lukanya di rumah sakit milik pemerintah. Salah satu korban terluka menyatakan sebuah peluru bersarang di perutnya.