Sementara bagi AS, pengalaman perang di Afganistan dan Irak membuktikan kemampuan A-10, sehingga pesawat tersebut masih dipertahankan hingga saat ini.
Program modernisasi Su-25 pertama kali diungkapkan November 2010 oleh Andrei Reus, CEO United Industrial Corporation Oboronprom, yang mengoperasikan pabrik pesawat Ulan-Ude di kawasan Siberia.
Menurut Reus, Kementerian Pertahanan Rusia dan eksportir senjata milik pemerintah Rusia, Rosoboronexport, mendukung kemungkinan produksi kembali Su-25.
"Rosoboronexport mengatakan, pesawat tempur itu punya potensi ekspor yang bagus," tutur Reus waktu itu.
AU Rusia sendiri sampai saat ini masih mengoperasikan Su-25SM, yang dioperasikan satu pilot dan merupakan pengembangan dari Su-25 versi awal.
Su-25UBM sendiri akan dioperasikan dua awak, yang memungkinkan pesawat itu menjalankan misi ganda, yakni untuk latihan dan untuk misi tempur sesungguhnya.
Versi terbaru ini dilengkapi sistem radio elektronik baru dan sistem persenjataan, yang mampu mengenai sasaran jarak dekat maupun yang berjarak 20 kilometer dari posisi pesawat. Pesawat ini juga dilengkapi peralatan yang memungkinkan operasi pada malam hari, dalam cuaca buruk, dan mampu menembakkan berbagai senjata presisi tinggi.
Serupa dengan A-10, Su-25UBM juga dilengkapi kanon 30mm dan membawa berbagai macam bom dan rudal udara-ke-udara maupun udara-ke-darat. (RIA Novosti/DHF)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.