Para pejabat Iran menegaskan, pembunuhan terhadap ahli nuklir pernah terjadi sebelumnya. Kasus relatif serupa terjadi pada Juli 2011. Israel diduga berada di balik kasus itu. ”Rezim zionis harus bertanggung jawab atas setiap bom yang terjadi,” kata Wakil Gubernur Provinsi Teheran Safarali Baratloo kepada Radio Al-Alam, Rabu.
Baratloo menjuluki pelaku peledakan itu teroris. Metode peledakan bom hampir sama dengan aksi peledakan bom sebelumnya, yang selalu menimpa para ahli nuklir Iran.
”Bom tersebut berupa bom magnetik dan sama dengan bom sebelumnya yang digunakan membunuh para ilmuwan. Itu karya zionis (Israel),” kata Baratloo sebagaimana dikutip Fars, kantor berita Iran.
Roshan tewas ketika dua orang tidak dikenal, yang menaiki sepeda motor, memasang satu bom magnetik ke mobil milik profesor itu di dekat sebuah universitas di Teheran timur. Dua orang lain yang juga berada dalam mobil itu menderita luka parah.
Serangan terbaru terjadi di tengah ketegangan hubungan dengan AS. Ketegangan terjadi setelah AS gagal merayu China meningkatkan sanksi atas Iran terkait program nuklir, yang mencemaskan Barat dan Israel.
Fars memberitakan, bom yang menewaskan ilmuwan nuklir itu meningkatkan ketegangan antara Barat dan Iran terkait program nuklir.
Korban bertugas mengawasi departemen di Fasilitas Pengayaan Uranium Natanz, Iran, yang selama ini menjadi titik sentral ketegangan dengan AS.
Sanksi terbaru AS terhadap
Iran juga telah mengancam akan menutup Selat Hormuz, jalur utama untuk 40 persen perdagangan minyak mentah dunia.