Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Tarlem, Sang "Pahlawan Devisa"

Kompas.com - 08/01/2012, 20:07 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Satu lagi kisah pilu dialami tenaga kerja wanita Indonesia di luar negeri. Tarlem binti Unus Tajeum asal Subang, Jawa Barat, meninggal dunia di Jordania pada 24 november 2011. Penyebab kematiannya tidak jelas.

Jenasah Tarlem dipulangkan ke Tanah Air, Minggu (8/1/2012) sore. Bersama pendamping dari Migrant Care, suami Tarlem, Awes Bin Supriadi (44), bersama anak semata wayang mereka, Wahyan (20), serta menjemput jenasah di Bandara Soekarno-Hatta. Mereka kemudian membawa jenasah ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, sekitar pukul 17.00 WIB.

Jenasah sebelumnya diterbangkan dari Jordania melalui maskapai Etihad Airways. Awes dan anaknya tampak tegar ketika melihat peti jenasah orang yang mereka sayangi itu dikeluarkan dari mobil jenasah. Di RSCM, jenasah Tarlem akan diotopsi sesuai keinginan keluarga.

Belasan kamera pewarta foto membuat Awes tak bisa berkata apa-apa tentang kematian istrinya. Setelah diyakinkan, ia mulai mencurahkan isi hatinya. "Saya terakhir kontak dia tanggal 13 november 2012, waktu itu dia bilang habis diberangkatin umroh sama majikannya," ujarnya pelan.

Dalam hati kecilnya, Awes merasa saat itu ada sesuatu yang aneh pada istrinya. "Kayaknya dia tertekan gitu ngomongnya, tapi ya sudah," ujarnya.

Tarlem juga sempat memberitahu bahwa kepulangannya ke Indonesia, yang semula Januari 2012, diundur menjadi Maret 2012. "Yang sabar ya, Pak," ujar Awes menirukan ucapan istrinya waktu itu.

Setelah komunikasi tersebut, Awes kesulitan menghubungi istrinya lagi. Nomor ponsel milik istri serta majikannya tidak aktif hingga pada 14 Desember 2011 keluarga didatangi oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Subang Tunggul Silaban. Tunggul menyampaikan surat pemberitahuan bahwa Tarlem meninggal dunia di Jordania.

Bagai mimpi di siang bolong, Awes kaget mendengar berita duka tersebut. Hatinya semakin bertanya-tanya karena surat itu tak menunjukkan penyebab kematian Tarlem.

Awes teringat, ketika pertama kali istrinya mengaku ingin bekerja di luar negeri, ia sempat tidak mengizinkan. Namun, karena Tarlem memaksa membantu ekonomi keluarga, hati Awes pun luluh dan ia mengizinkan istrinya berangkat ke negeri jauh. Tarlem berangkat ke Jordania pada 13 April 2011 melalui agen PT Delta Rona Adiguna. "Saya nyesel, Mas," kata Awes dengan nada bergetar.

Setelah kepergian istrinya, Awes yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani serabutan pun mengaku masih syok. Ia tak menyangka istri yang selama ini selalu berjuang demi keluarganya bisa meninggal tanpa penyebab yang jelas.

Ketika istrinya masih bekerja sebagai TKW, keluarganya kerap terbantu dengan dikirimi uang untuk membantu biaya hidup. "Dia kirim duit enggak tentu bulannya, tapi kerja lima bulan, gaji dua bulannya dikirim Rp 2,4 juta," kata Awes.

Kini, kehidupan Awes dan anaknya hanya tergantung pada hasil tani sang ayah sebesar Rp 800.000 per bulan. Awes tak berharap banyak, ia hanya ingin ada kepastian informasi mengenai kematian istrinya yang biasa dijuluki "Pahlawan Devisa". Dengan begitu, rasa penasarannya bisa sedikit terobati dan dapat segera membawa jenasah sang istri ke kampung halaman untuk dimakamkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com