Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Siap Hadapi "Keadaan Tak Terduga" di Korea Utara

Kompas.com - 20/12/2011, 03:38 WIB

”Situasi bisa menjadi sangat tidak stabil. Apa yang dilakukan militer Korut dalam 48 jam ke depan akan sangat menentukan,” tutur Bill Richardson, mantan Duta Besar AS untuk PBB yang beberapa kali melakukan kunjungan resmi ke Korut.

”Reaksi awal semua orang adalah, ’Baguslah, tiran itu sudah pergi’. Tetapi sebenarnya ini adalah kabar buruk karena ini artinya kita memasuki fase yang lebih berbahaya dalam hubungan Korut, Korsel, dan AS. Secara alamiah, Korut akan bersikap ofensif. Pemimpin muda (pengganti Jong Il) ini akan membuktikan ia layak memimpin,” ujar Jim Walsh, pakar Korea dari Massachusetts Institute of Technology.

Bersikap hati-hati

Mantan juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Philip J Crowley, memperingatkan kondisi akan serba tak pasti dalam beberapa waktu ke depan. ”Kalau Korut adalah negara normal, kematian Kim Jong Il akan membuka pintu bagi Musim Semi Pyongyang. Tetapi negara ini bukan negara normal,” tutur Crowley di akun Twitter-nya.

Pemerintah AS sendiri sangat hati-hati berkomentar mengenai kondisi terkini di Korea. Juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, hanya menyatakan AS tetap berkomitmen menjaga stabilitas di Semenanjung Korea dan menjaga keamanan dan kebebasan sekutu-sekutunya di kawasan tersebut.

Hampir senada dengan itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Ma Zhaoxu, mengatakan, Beijing akan terus menawarkan dukungan bagi Korut dan membuat ”kontribusi aktif terhadap perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea dan kawasan ini”. China selama ini menjadi sekutu utama Korut.

Dari Eropa, Inggris dan Jerman mengharapkan meninggalnya Kim Jong Il akan membawa perubahan positif di Korut.

”Kami berharap pemimpin yang baru (di Korut) akan menyadari bahwa keterlibatan dengan komunitas internasional menawarkan harapan terbaik untuk memperbaiki kehidupan rakyat jelata di Korut,” tutur Menteri Luar Negeri Inggris William Hague.

Juru bicara Kemlu Jerman, Dirk Augustin, mengatakan, momen ini membuka kesempatan perubahan di Korut. ”Tetapi harapan kami tetap sama: Korut menghentikan program nuklirnya, kondisi sosial masyarakatnya membaik, dan perubahan politik dan ekonomi harus dilakukan,” ungkap Augustin.

Meski demikian, banyak pihak menduga Pembicaraan Enam Pihak untuk menyelesaikan masalah nuklir Korut belum akan dilanjutkan dalam waktu dekat ini.(AP/AFP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com