Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan China dan Rusia Suka Menyuap

Kompas.com - 03/11/2011, 07:57 WIB

BERLIN, KOMPAS.com - Perusahaan China dan Rusia paling sering menyuap demi kelancaran bisnis saat beroperasi di luar negeri. Sektor terkorup adalah pekerjaan umum dan konstruksi, demikian ”Indeks Pembayar Suap” terbaru dari Transparansi Internasional, Rabu (2/11).

Transparansi Internasional (TI) menyurvei sekitar 3.000 eksekutif perusahaan di 28 negara ekonomi besar, termasuk Indonesia. Semua negara anggota Kelompok 20 (G-20) dilibatkan dalam survei. Sebanyak 28 negara yang disurvei itu dinilai maju secara ekonomi.

Dari hasil survei itu diketahui, China dan Rusia berada di peringkat paling bawah, yakni di posisi ke-27 dan 28. Itu artinya perusahaan di dua negara itu ”paling curang”, paling suka menyuap untuk melancarkan kegiatan bisnisnya, baik di dalam maupun luar negeri.

Bagi TI, kondisi itu amat memprihatinkan. Sebab, perusahaan kedua negara, terutama China, saat ini merajai hampir semua benua. China juga sudah menancapkan taring bisnisnya ke Afrika dan Amerika Selatan, selain di negara-negara di Asia, Eropa, dan juga Amerika. Penyuapan dan korupsi pasti akan memberikan dampak yang besar bagi lingkungan bisnis mereka.

Rusia yang disebut berada di puncak indeks negara paling rajin menyuap oleh TI dinilai memiliki paling banyak tantangan. Menurut peneliti TI Rusia, Elena Panfilova, hampir tidak ada lagi kejujuran dalam bisnis dan kehidupan publik di negara itu.

Menurut indeks dari lembaga independen internasional itu, Belanda, Swiss, Belgia, Jerman, dan Jepang berada dalam peringkat paling atas. Perusahaan Belanda dan Swiss ”paling jujur” dalam urusan bisnisnya, jauh dari kebiasaan buruk itu. Mereka berada di urutan 1 dan 2 dalam indeks itu.

Indonesia juga berada di urutan buruk, yakni peringkat ke-25. Tetangga Indonesia, yakni Singapura, berada di urutan kedelapan bersama Inggris. Adapun Malaysia menempati posisi ke-15 bersama Hongkong, Italia, dan Afrika Selatan.

Bersih suap

Lembaga nirlaba berbasis di Berlin, Jerman, itu mengatakan, tidak ada satu pun dari 28 negara itu yang ”sepenuhnya bersih dari suap”. Sedikit negara yang mengalami perubahan positif sejak peringkat itu dibuat terakhir kali pada tahun 2008. Itu artinya korupsi dan suap-menyuap merupakan kebiasaan buruk di banyak negara. Perlu dorongan kuat dari masyarakat untuk menciptakan kultur bisnis yang sehat.

Ada 19 sektor usaha yang disurvei. Sektor pekerjaan umum dan konstruksi yang paling rentan atau rawan penyuapan. Pertanian dan kelistrikan paling sedikit mengalami praktik buruk itu. Namun, tidak ada satu sektor pun yang mendapat skor di atas 7,1 dari skala tertinggi 10.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com