Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biola WR Supratman di Museum Sumpah Pemuda

Kompas.com - 31/10/2011, 15:12 WIB
Valentine Widi Virdhani

Penulis

KOMPAS.com Semangat para pemuda kala memperjuangkan persatuan Indonesia dengan antusias masih kental terasa begitu Anda menginjakkan kaki dalam museum yang terletak di Jalan Keramat Raya Nomor 106, Jakarta.

Bangunan ini pada awalnya merupakan rumah pribadi Sie Kong Liong. Pada awal abad ke-20, bangunan ini juga digunakan sebagai tempat latihan kesenian dan diskusi politik.

Barulah ada September 1926 dibentuk Perhimpunan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI) sekaligus menjadi kantor PPPI dan redaksi majalah PPPI. Mulai dari situlah tempat ini dijadikan tempat kongres berbagai organisasi pemuda.

Asal mula pembentukan organisasi-organisasi pemuda, seperti Tri Koro Darmo, Jong Sumatrenen Bonds, Jong Minahasa, Jong Ambon, hingga PPPI, diawali dengan pendirian Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 sebagai titik awal kebangkitan bangsa Indonesia.

Dari berbagai gagasan dengan tujuan membina persatuan Indonesia atas organisasi-organisasi pemuda, diselenggarakan Kongres Pemuda Pertama pada 30 April-2 Mei 1926. Dalam kongres dibicarakan gagasan Indonesia dan kemungkinan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.

Hal ini hingga diadakan lagi kongres pemuda kedua untuk memperkokoh cita-cita persatuan Indonesia yang sudah diakui dalam Kongres Pemuda Pertama. Dari kongres dihasilkan keputusan fenomenal, yaitu Sumpah Pemuda, yang berisi tekad pemuda untuk menjadi satu nusa, satu bangsa, dan menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Saat itu pula pertama kalinya lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Supratman diperkenalkan.

Di museum ini terdapat biola asli milik WR Supratman untuk memperkenalkan lagu "Indonesia Raya". Selanjutnya, lagu "Indonesia Raya" disepakati menjadi lagu kebangsaan.

Pada saat itu, WR Supratman meminta izin kepada Sugondo sebagai Ketua Kongres Pemuda agar boleh memperdengarkan lagu "Indonesia Raya" dalam kongres tersebut. Namun Sugondo secara berbisik memberikan saran agar ia mempergunakan biola miliknya supaya kata-kata "Indonesia Raya" dan "Merdeka" tidak akan jelas terdengar karena dibarengi suara biola.

Hal ini dilakukan karena Kongres Pemuda dijaga oleh Polisi Hindia Belanda. Sugondo ingin mencegah hal yang tidak diinginkan, seperti pembubaran kongres ataupun penangkapan peserta kongres. Sampai saat ini biola tersebut dapat digunakan dengan baik.

Selain biola asli milik WR Supratman, juga terdapat koleksi foto-foto kegiatan berbagai organisasi pemuda sebagai dokumentasi sejarah, replika rumah tangga milik Sie Kong Liong, dan piringan hitam lagu "Indonesia Raya".

Ada pula belasan patung tokoh pemuda hingga diorama Kongres Sumpah Pemuda dan diorama saat WR Supratman memperkenalkan lagu "Indonesia Raya". Koleksi-koleksi yang dipamerkan ditata mengikuti kronologi peristiwa Sumpah Pemuda.

"Menyambut 83 tahun Kongres Sumpah Pemuda, 28 Oktober tahun ini akan diadakan Pameran Kontemporer dengan narasumber veteran pejuang, serta peluncuran buku biografi Sugondo Djojopuspito," kata Pak Bakti, pegawai bimbingan dan informasi Museum Sumpah Pemuda.

Di Museum Sumpah Pemuda yang buka dari Selasa sampai Minggu ini juga sering diadakan acara setiap bulannya, seperti penyuluhan ke sekolah-sekolah, seminar, lomba-lomba bagi pelajar, hingga dialog pemuda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com