Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rezim Assad Penjarakan 30.000 Aktivis

Kompas.com - 25/10/2011, 12:57 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com — Pemerintah Suriah telah menahan lebih dari 30.000 orang sejak melancarkan penumpasan mematikan terhadap protes oposisi sejak Maret, kata seorang aktivis terkemuka hak asasi manusia Suriah pada Senin (24/10/2011).

"Pemerintah Presiden Bashar al-Assad telah mengubah semua stadion sepak bola utama negara menjadi penjara," kata Radwan Ziadeh, tokoh pendiri bersama Pusat Hak Asasi Manusia dan Sarjana Damaskus di George Washington University, di Washington, dalam konferensi pers di Markas PBB di New York, Amerika Serikat.

Berbicara pada peluncuran laporan tahunan Observatorium untuk Perlindungan Pembela Hak Manusia, Ziadeh mengatakan, tak ada yang tahu angka pasti untuk jumlah tahanan itu.

PBB mengatakan lebih dari 3.000 orang telah tewas.

Berdasarkan laporan dari para aktivis yang bekerja di bawah tanah di Suriah, Ziadeh mengatakan, "Kami memiliki jumlah perkiraan lebih dari 30.000 telah ditahan."

"Saudara saya dipenjara sejak 30 Agustus dan saya tidak memiliki informasi tentang dia" tambahnya. Dia juga tidak tahu kabar tentang seorang paman dan tiga sepupu. Salah satu dari mereka yang masih berumur 14 tahun juga ditahan.

"Anda bisa bayangkan, lima kerabat hanya dari satu keluarga di satu kota kecil. Ini sebabnya, mengapa jumlah yang telah ditahan, sekitar 30.000, hanya perkiraan belaka," kata Ziadeh, yang telah dikecam oleh media Suriah yang dekat dengan presiden negara itu.

"Rezim Suriah benar-benar membatalkan kejuaraan sepak bola karena mereka mengubah semua lapangan sepak bola untuk menjadi pusat penahanan dan penyiksaan," katanya.

"Stadion Al-Fayhaa di Damaskus, Assad di Stadion Latakia, stadion-stadion utama di kota Daraa sedang digunakan untuk menahan ribuan tahanan," kata Ziadeh.

Ziadeh mengatakan, kegagalan Dewan Keamanan PBB untuk meloloskan resolusi tentang krisis Suriah telah membuat lawan Assad lebih putus asa dan lebih siap menggunakan senjata "untuk membela diri terhadap pasukan keamanan".

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com