"Kami dibiarkan hidup seperti ini tanpa diberi lahan, sebagaimana janji pemerintah. Saya dan teman-teman terpaksa bekerja di perkebunan orang dengan upah Rp 50.000 sehari," katanya.
Akan tetapi, pekerjaan membersihkan kebun tak selalu mereka peroleh. Kadang dua minggu mereka menganggur.
Hidup miskin dan susah dirasakan oleh Sugeng Pracoyo (39) dan Mei Rayanti (30) asal Jember. Sugeng berkisah mengenai kehidupannya yang kerap kelaparan karena tak mampu membeli beras.
Untuk mendapatkan beras, Pracoyo harus menggarap tanah kebun orang lain dengan menanami cabe, jagung, dan kacang. Namun, mereka tak leluasa karena lahan diberikan hanya berukuran 25 meter x 15 meter. Hasilnya juga dibagi dua.
"Pernah sebulan kami hanya makan pisang dan pepaya sambil menunggu masa panen," kata Pracoyo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.