Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Relasi Muslim-Kristen di Mesir

Kompas.com - 12/10/2011, 02:11 WIB

Pada saat pemerintahan transisi mengalami delegitimasi, mereka mulai agresif melakukan aksi-aksi diskriminatif terhadap kalangan minoritas. Apalagi mereka juga akan terlibat dalam pesta demokrasi, yang secara terang-terangan akan berpartisipasi dalam pertarungan politik.

Tragedi Maspero semakin membuktikan, betapa relasi Muslim-Kristen berada di titik nadir. Demonstrasi damai yang dilakukan Kristen Koptik berakhir bentrok. Cara militer menangani para demonstran patut dicurigai karena mereka menggunakan kekerasan kepada demonstran.

Jatuhnya korban yang relatif besar dalam tragedi tersebut menegaskan ketidakmampuan militer dalam menyongsong kebebasan berekspresi di tengah kebinekaan agama dan afiliasi politik. Tidak hanya itu, kecurigaan juga patut dikemukakan berkaitan dengan adanya penyusupan dari sejumlah orang dalam tragedi tersebut, yang mengatasnamakan agama tertentu, sehingga demonstrasi berubah menjadi konflik sektarian.

”Al-Kanisah zay Jami’”

Meskipun demikian, para tokoh politik dan tokoh agama mengambil langkah cepat untuk mengantisipasi dampak lanjutan konflik sektarian tersebut.

Pertama, para tokoh politik dari koalisi demokrasi memandang penegakan hukum merupakan jantung tegaknya keadilan dan kedamaian. Mereka meminta kepada militer untuk melakukan investigasi mengenai sebab musabab bentrok. Sebab, menjelang pemilu yang akan digelar pada akhir November ini, tidak menutup kemungkinan muncul konflik yang dilakukan secara terencana untuk mengacaukan pesta demokrasi, yang akan menentukan masa depan negara yang dikenal dengan Sungai Nil-nya itu.

Kedua, para tokoh agama juga mendorong dibentuknya undang-undang yang menjamin kebebasan beribadah. Al-Azhar melalui organisasi Forum Keluarga (Bayt al-’Ailah), yang diikuti oleh agama-agama di Mesir, meminta agar kehidupan toleran selalu dijaga, sebagai karakter yang menonjol dalam sejarah Mesir.

Saad Eddin Ibrahim dalam Egypt, Islam, and Democracy menggambarkan betapa sejarah masuknya Islam ke Mesir menggambarkan toleransi yang dinamis antara kalangan Muslim dan Kristen. Bahkan, toleransi tersebut diabadikan hingga sekarang ini.

Tidak jauh dari Masjid ’Amr bin al-’Ash yang merupakan simbol jejak awal Islam di Mesir, terdapat Gereja St Georges yang merupakan detak nadi Kristen Koptik di Mesir. Umar bin Khattab berpesan kepada ’Amr bin al-’Ash agar tentara Muslim tidak mengganggu penganut Kristen Koptik yang berada di kawasan Mesir Kuno. Hingga saat ini, tempat tersebut dijadikan lapak historis yang menarik para wisatawan asing dalam rangka melihat bangunan toleransi Muslim-Kristen di Mesir.

Ketiga, penganut Muslim-Kristen kerap kali bahu-membahu dalam menjaga kerukunan di Mesir. Setiap muncul konflik sektarian, mereka turun ke jalan, bersama-sama dalam rangka menegaskan kepada publik tentang perlunya kebersamaan. Pada saat muncul perusakan gereja, kalangan Muslim dan Kristen mengutuk aksi kelompok ekstremis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com