Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maher Zain: Terima Kasih Allah...

Kompas.com - 09/10/2011, 02:36 WIB

Sosok Maher tak beda dengan penyanyi pop dalam industri musik pop mainstream saat ini. Yang membuat penampilannya khas adalah topi bareta dan kafiyeh yang melingkar di leher.

Maher adalah insinyur aeronautika yang menurut pengakuannya lebih betah bernyanyi ketimbang menggeluti bidang penerbangan. Maher menuturkan, minat dan hasratnya memang ke musik. Ia kuliah dalam bidang ilmu aeronautika karena pengaruh teman yang menyarankan bahwa teknik penerbangan sangat menarik. ”Saya tidak tahu apa yang harus saya pilih. Tapi ketika saya studi aeronautika, saya tetap bermain musik untuk kesenangan. So the music was always there,” katanya.

Pada akhirnya, hasrat akan musik mengantarkan Maher pada profesi di bisnis musik di New York. Sampai pada satu titik ia memutuskan mundur sebagai pelaku industri musik dan memilih berdakwah lewat musik.

”Saya merasa banyak hal yang harus saya bagikan dan itu bisa saya lakukan lewat musik. Saya banyak belajar dari pekerjaaan lama saya (di bisnis musik). Saya telah banyak belajar memproduksi, membuat lagu yang populer. Tapi, pada saat yang bersamaan saya juga ingin menyampaikan pesan,” katanya.

Lagu-lagu Maher dikemas dalam musik pop dengan aroma Timur Tengah. ”Karena saya aslinya orang Lebanon, jadi saya masih mempunyai flavour Timur Tengah. Akan tetapi, saya tumbuh di Swedia. Saya merasa seperti western moslem,” katanya.

 

Dan rupanya ia berhasil. Bahkan, lagu ”Insha Allah” dan ”Thank You Allah” populer sampai Indonesia. Album Thank You Allah yang diedarkan oleh Sony Music di Indonesia memuat lagu ”Insha Allah” yang dibawakan bersama Fadly, vokalis band Padi. Ia juga membawakan lagu dalam bahasa Indonesia ”Sepanjang Hidup.”

 

Maher cukup populer di Indonesia, sampai-sampai terbentuk komunitas Maher Zain Indonesia Fans Club. Ia sama sekali tak membayangkan lagulagunya bisa diterima di Indonesia. ”Saya hanya membayangkan lagu-lagu saya akan diterima di Timur Tengah atau sedikit di Eropa. Tapi, alhamdulillah ternyata juga sampai Malaysia, Singapura, dan sekarang di Indonesia.”

Bagi Maher, bukan popularitas itu yang terpenting, melainkan bagaimana lewat lagu-lagu itu ia bisa berbagi pengalaman religius. Selain itu, lewat lagu Maher juga ingin berbagi pengalaman kepada kaum muda yang mengalami semacam disorientasi identitas.

 

”Saya tahu bahwa banyak kaum muda di Barat yang mengalami kesulitan dan bingung akan identitas mereka. Mereka kehilangan identitas sebagai Muslim. Saya pikir, saya bisa memberi mereka inspirasi agar mereka bangga terhadap Islam dan merasa nyaman sebagai Muslim,” katanya. (XAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com