Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Perdamaian Berlanjut

Kompas.com - 22/09/2011, 02:08 WIB

NEW YORK, SELASA - Presiden Afganistan Hamid Karzai menegaskan, tewasnya mantan presiden dan Ketua Dewan Tinggi Perdamaian Burhanuddin Rabbani tak akan menghentikan proses perdamaian.

Karzai menegaskan hal itu seusai bertemu empat mata dengan Presiden AS Barack Obama di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York, AS, Selasa (20/9). Karzai langsung memperpendek kunjungannya ke New York dan pulang ke Kabul begitu mendengar kabar terbunuhnya Rabbani.

”(Kejadian) ini tak akan membuat kami gentar untuk meneruskan langkah yang telah kami mulai,” kata Karzai. Ia menyebut Rabbani seorang patriot yang telah mengorbankan nyawa demi Afganistan. Akan sulit mencari penggantinya guna meneruskan misi perdamaian dengan milisi Taliban.

Rabbani adalah Presiden Afganistan periode 1992-1996, dan sempat berkuasa pada 2001 sebelum menyatakan loyalitasnya kepada Karzai. Sejak Oktober 2010, ia ditunjuk Karzai mengetuai Dewan Tinggi Perdamaian Afganistan (HPC) dengan tugas utama mengusahakan perdamaian dengan kelompok pemberontak Taliban.

Ia dibunuh di rumahnya di Kabul, Selasa petang, oleh dua tamu yang mengaku utusan penting Taliban. Mohammad Ismail Qasemyar, penasihat hubungan internasional HPC, mengatakan, dua orang itu mendesak harus bertemu muka dengan Rabbani untuk membicarakan perdamaian dan rela menunggu berhari- hari selama Rabbani berkunjung ke Iran.

Begitu keduanya diterima, salah satu tamu mendekati Rabbani untuk bersalaman dan menunduk memberi hormat. Saat kepalanya berada di dekat dada Rabbani, ia meledakkan bom yang disembunyikan di balik serbannya.

Rabbani dan empat pengawalnya tewas seketika bersama si penyerang. Seorang ajudan Rabbani menderita luka parah.

Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab dalam serangan ini, tetapi Kepala Kepolisian Kabul Jenderal Mohammad Ayub Salangi mengatakan, Taliban-lah pelakunya. Juru bicara Taliban, yang dikontak Associated Press, menolak membahas insiden tersebut.

Hari Rabu, ratusan warga Kabul, pejabat pemerintahan, dan para bekas panglima perang di era Mujahidin datang melayat ke rumah Rabbani. ”Ini hari yang sangat menyedihkan. Musuh- musuh Afganistan—para teroris itu—terus membunuh pemimpin-pemimpin dan rakyat kami. Mereka yang dibunuh adalah orang-orang yang bekerja demi perdamaian dan kesejahteraan rakyat,” tutur Mohammad Egris (25), mahasiswa Universitas Kabul yang melayat.

Rabbani adalah tokoh yang sangat dikenal dan menjadi pemain kunci dalam beberapa peristiwa bersejarah di Afganistan selama 30 tahun terakhir. Pria keturunan suku Tajik ini lahir tahun 1940 di kota Faisabad, Provinsi Badakhshan, di Afganistan utara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com