Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memorial 9/11 Dibuka untuk Umum

Kompas.com - 12/09/2011, 22:27 WIB

KOMPAS.com — Akhirnya The National September 11 Memorial dibuka untuk masyarakat umum pada Senin (12/9/2011). Nyaris satu tahun dan satu hari setelah peristiwa serangan teroris yang meruntuhkan menara kembar World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat.

Sebelumnya, memorial tersebut telah buka pada Minggu (11/9/2011) khusus untuk anggota keluarga korban peristiwa yang dikenal dengan sebutan "9/11".

"Saya bangga dengan memorial ini. Saya jadi bisa pergi untuk melihat Michael, dia berada di rumahnya," kata Monica Iken yang kehilangan suaminya, Michael, dalam peristiwa "9/11", seperti dikutip dari CNN.com, Senin.

Iken tergabung dalam kelompok September's Mission yang berperan besar dalam pembangunan situs memorial itu. Ia datang ke situs itu untuk bisa mengenang suaminya.

Kawasan tenang itu didirikan di tengah kebisingan konstruksi pembangunan 1 World Trade Center, bangunan pencakar langit yang baru. Titik utama dari memorial itu adalah dua buah kolam terbuat dari granit. Kedua kolam dengan aliran air seperti air mancur tersebut dibangun tepat di bekas gedung kembar WTC.

Di tepi kolam terdapat sebuah panel dari perunggu yang bertuliskan nama-nama orang yang meninggal saat tragedi 2001 di New York, Washington, Shanksville, Pennsylvania, serta korban tahun 1993. WTC memang pernah menjadi sasaran serangan bom teroris pada 1993. Terdapat hampir 3.000 nama yang tercetak dalam panel tersebut.

"Saya sempat merinding saat airnya dinyalakan untuk kali pertama," kata Paula Grant Berry yang kehilangan suaminya dalam peristiwa "9/11". Sementara itu, Adam Romano, pekerja di situs tersebut, mengatakan, ia pun merinding jika melihat kedua kolam tersebut.

"Saat melihatnya seakan melihat dua gedung (WTC) masih berdiri di situ," katanya.

Di sekitar kolam ditanam 400 pohon di tepi jalan dan plaza menuju ke arah kolam. Semua pohon tersebut merupakan tanaman baru kecuali satu pohon. Sebuah pohon yang dijuluki "Survivor Tree" atau pohon yang selamat ditemukan di antara reruntuhan dan dirawat agar bisa ditanam kembali.

Dalam kawasan tersebut tengah dibangun pula sebuah museum. The National September 11 Museum direncanakan akan dibuka tahun depan. Untuk masuk ke dalam memorial, pengunjung tidak dikenai biaya, tetapi harus mendaftar sebelumnya.

Sudah 7.000 orang yang memiliki tiket untuk berkunjung pada hari pembukaan untuk umum, sementara 400.000 orang telah mendaftar untuk datang dalam beberapa bulan ke depan.

Seperti dikutip dari AP, sepuluh tahun sejak peristiwa "9/11", Lower Manhattan telah menarik 50 juta wisatawan setiap tahunnya. Dari keseluruhan jumlah tersebut, 9 juta wisatawan berkunjung ke ground zero, sebutan untuk lokasi bekas WTC.

Kawasan tersebut kini memiliki 18 hotel dengan 4.000 kamar. Jumlah tersebut naik jika dibandingkan dengan sebelum peristiwa "9/11", yang pada saat itu hanya terdapat 6 hotel dengan total 2.300 kamar. Bagi sebagian besar turis, menurut laporan AP, kawasan ground zero merupakan obyek yang wajib untuk dikunjungi, selain Times Square dan Patung Liberty.

Beberapa pakar pariwisata dunia menyebutnya sebagai thanatourism atau dark tourism. Istilah tersebut merujuk pada pariwisata yang obyek wisatanya berhubungan dengan kematian akibat tindakan kekerasan.

Di Indonesia, salah satu contoh obyek wisata thanatourism adalah Monumen Bom Bali yang berada di Legian, Bali. Monumen tersebut didirikan di lokasi Bom Bali I sebagai peringatan peristiwa bom pada 2002.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com