Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penguasaan Libya Dipercepat

Kompas.com - 25/08/2011, 05:04 WIB

Tripoli, Rabu - Langkah maju oposisi Libya dengan menguasai markas Moammar Khadafy di Tripoli mendorong komunitas dunia mempercepat penguasaan Libya. Penangkapan Khadafy menjadi salah satu misi utama dan membuat tragedi Khadafy akan menyerupai tragedi Saddam Hussein.

Percepatan penguasaan ini bertujuan menghindari kematian warga. Menurut situs Al Arabiya, sudah lebih dari 25.000 orang tewas sejak Februari, belum termasuk 1.300 orang yang tewas saat oposisi berupaya menguasai Libya, Sabtu lalu.

Di lapangan, keadaan jauh dari aman meski Dewan Transisi Nasional (NTC)—kubu oposisi—dikabarkan sudah menguasai 95 persen wilayah Libya. NTC juga sudah mulai memindahkan markas dari Benghazi ke Tripoli.

Pasukan Khadafy tetap melakukan perlawanan. Aksi baku tembak terjadi di Tripoli selatan dan di sejumlah tempat. Keberadaan Khadafy tetap belum bisa dipastikan walau sudah lari dari markasnya di Bab al-Aziziya, yang dihujani dengan 64 kali serangan pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Sejauh ini, NTC hanya bisa memperkirakan, Khadafy masih di Tripoli. ”Kami kira Khadafy mungkin berada di area Al-Hadhba al-Khadra,” kata seorang pejabat Libya, yang mengaku bernama Abdulrahman, kepada Reuters.

Lewat sebuah radio lokal, Khadafy menyerukan perlawanan hingga ”tikus-tikus”, julukannya kepada NTC, kalah total. Khadafy mengaku keluar dari Bab al-Aziziya sebagai sebuah taktik. Berbicara kepada sebuah radio lokal, Khadafy terus menyerukan perlawanan terhadap NATO dan meminta semua warga Afrika Utara yang satu suku dengannya, Bedouin, turut berjuang.

Juru bicara pemerintahan Libya di bawah Khadafy, Moussa Ibrahim, mengatakan, Khadafy siap melakukan perlawanan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun serta mengubah Libya hingga mirip letusan gunung api, lava, dan bubungan api.

Pasukan Khadafy menangkap sejumlah pejabat tinggi Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA) sebagai sandera. Kubu Khadafy mengatakan, NTC tidak akan pernah menemukan kedamaian di Tripoli.

Pasukan loyalis Khadafy sempat mengepung Hotel Rixos di Tripoli, tempat 35 wartawan asing tinggal dan sudah tertahan selama empat hari. Seorang reporter BBC yang berada di hotel itu menyatakan, para wartawan sempat putus asa. ”Kami melakukan apa saja yang membuat kami bisa berbicara dengan oposisi, yang belum mengontrol lokasi, dan kepada semua pihak yang mungkin bisa menolong.”

Wartawan AFP menyatakan, para wartawan sempat membayangkan hal mengerikan. Aliran listrik sempat diputus serta pasokan air dan pangan langka. Hotel dikepung loyalis Khadafy dengan senjata Kalashnikov. Namun, kini para wartawan tersebut sudah dilepas.

Pertempuran antara oposisi dan loyalis Khadafy membuat Tripoli menjadi hening. Mohammed Amin, komandan lapangan NTC, mengatakan, pasukan Khadafy terus melakukan perlawanan. Arah pertempuran tidak bisa diduga. Ada kalanya tembakan sporadis muncul lalu mendadak hening. Oposisi memusatkan pertempuran di markas Khadafy.

Namun, Menteri Luar Negeri Libya Abdul Ati al-Obeidi, dari Tripoli, mengatakan sudah tidak bisa berkomunikasi lagi dengan rezim Khadafy. Dia menegaskan, rezim Khadafy sudah berakhir. ”Khadafy sudah tak menemukan opsi lain dan cengkeraman pada kekuasaan telah berakhir.”

NTC melakukan taktik lain dengan menawarkan amnesti jika ada yang bisa menemukan dan menembak Khadafy. Tawaran ini ditujukan kepada orang-orang dekat Khadafy. Ketua NTC Mustafa Abdel Jalil mengatakan, ada tawaran dana dari seorang pebisnis Benghazi, sebesar 1,3 dinar Libya atau setara 1,7 juta dollar AS, jika Khadafy ditemukan.

Legitimasi NATO digugat

Di tengah kecenderungan kekalahan Khadafy, muncul seruan Presiden Rusia Dmitry Medvedev agar Khadafy dan NTC berunding. ”Kami ingin kedua belah pihak bersepakat,” kata Medvedev setelah bertemu dengan pemimpin Korea Utara. Kim Jong Il, di Siberia, Rusia. Rusia meragukan legitimasi peran NATO di Libya.

China menyerukan agar rekonstruksi Libya diserahkan ke PBB. Menlu China Yang Jiechi meminta Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon jadi motor rekonstruksi Libya. ”China bersedia memberikan kontribusi untuk membangun Libya,” kata Yang.

Seruan ini tampaknya tidak berlaku. Sudah ada 30 negara yang mengakui NTC. Presiden Palestina Mahmoud Abbas juga sudah menyatakan akan mendukung NTC.

Peran NATO dan sekutunya di Timur Tengah akan menjadi penentu utama di Libya. Sejumlah pesawat tempur dari Qatar dan UEA bergabung dengan pasukan NATO untuk menghadapi pasukan Khadafy. Bantuan berupa logistik terpenting dan dukungan diplomat juga turut diberikan atas nama permintaan NTC.

Aref Ali Nayed, Dubes NTC untuk UEA dan jubir Tim Stabilisasi di Dubai, mengatakan, Arab diperlukan guna rekonstruksi dan operasi pelabuhan.

Kepala Kabinet NTC Mahmoud Jibril mengatakan, Qatar menjadi tuan rumah konferensi yang dihadiri AS, Inggris, Perancis, dan lainnya. Tujuan konferensi adalah menyediakan dana 1,5 miliar dollar AS bagi karyawan di Libya.

Peran Qatar dan UEA termasuk pengelolaan pertambangan minyak dan operasi pelabuhan. Peran kedua negara ini lebih disukai Barat ketimbang China. ”Negara-negara yang memberikan bantuan ke oposisi selama ini juga kemungkinan lebih mudah meraih kontrak bisnis,” kata Rachel Ziemba, analis dari Roubini Global Economics, London.

Monarki Libya kembali

Harian AS, Chicago Tribune, Rabu, menulis, AS hanya menginginkan minyak dari Libya. Juga muncul pertanyaan soal legalitas di balik intervensi internasional terhadap Libya.

Harian Inggris, The Guardian, edisi Rabu, menulis, ada basis Resolusi Dewan Keamanan PBB Tahun 1973 yang mengizinkan penggunaan kekuatan senjata untuk melindungi sipil. NATO bertindak atas dasar resolusi itu. Seruan Liga Arab, agar intervensi dilakukan, juga menjadi basis pijakan NATO untuk bertindak.

Bekas monarki Libya, yang ditumbangkan Khadafy tahun 1969, siap mendukung rekonstruksi Libya. Mohammed al-Senoussi (49), Pangeran Mahkota Libya di Jerman, menegaskan hal itu. (REUTERS/AP/AFP/MON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com