Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Juta Pemudik Akan Bergerak

Kompas.com - 22/08/2011, 04:35 WIB

Jakarta, Kompas - Dalam dua tahun terakhir, jumlah pemudik yang keluar wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi cenderung terus meningkat. Pada Lebaran tahun ini, jumlah pemudik di wilayah Jabodetabek diperkirakan akan jauh lebih meningkat, yaitu sedikitnya 8 juta orang.

Pada tahun 2008, menurut data Litbang Kompas yang diolah dari Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah daerah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, jumlah pemudik di wilayah ini sekitar 2,8 juta orang. Selang dua tahun kemudian meningkat menjadi 6,31 juta orang.

Tahun ini, jumlah pemudik diprediksi naik menjadi sekitar 8 juta orang.

Rata-rata arus migrasi manusia dari wilayah Jabodetabek ini menuju daerah Jawa bagian tengah dan timur. Sekitar 70 persen menggunakan kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor. Sisanya, sekitar 30 persen, terdistribusi pada angkutan umum, seperti bus antarkota antarprovinsi, kereta api, dan pesawat terbang.

Jumlah pemudik dari Jakarta merupakan yang terbesar, yaitu 7,129 juta orang. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo memperkirakan, peningkatan terbesar terjadi pada jumlah pengguna kendaraan pribadi.

Menurut data Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pengguna kendaraan pribadi sebanyak 4,956 juta orang. Jumlah ini naik 18,46 persen dibandingkan dengan tahun lalu.

Pengguna kendaraan roda empat sebanyak 3,756 juta orang, naik sekitar 20 persen dari tahun lalu. Pengguna sepeda motor sebanyak 1,199 juta orang, naik sekitar 13,92 persen dibandingkan dengan tahun lalu.

”Pengguna kendaraan pribadi ini mengalami lonjakan dan ini harus diantisipasi dengan baik. Saya minta kelancaran akses jalan dijaga saat mereka mengalir ke luar Jakarta agar tidak terjadi kepadatan yang bisa mengarah ke kemacetan total,” kata Fauzi.

Jumlah pengguna angkutan umum diperkirakan hampir sama dengan tahun lalu, naik sekitar 1,96 persen, menjadi 2,172 juta orang. Pengguna bus antarkota antarprovinsi sekitar 596.417 orang, turun sekitar 1,91 persen, sedangkan pengguna kendaraan mudik gratis masih sama, sekitar 69.849 orang.

Sementara itu, jumlah bus yang tersedia pada tahun 2011 hanya 7.292 unit atau berkurang 8,33 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan besar justru terjadi pada kereta api, yaitu 130 lokomotif, meningkat 195,45 persen dari tahun 2010. Sarana laut 24 kapal (naik 14,28 persen) dan sarana udara 285 pesawat (naik 22,32 persen).

Jakarta-Cirebon sesak

Ironisnya, lonjakan jumlah pemudik ini tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas daya tampung jalur mudik yang cukup signifikan untuk mengantisipasi kemacetan agar tidak terjadi stagnasi seperti beberapa tahun lalu saat puncak arus mudik. Akibatnya, luapan arus mudik yang meningkat tajam ini diperkirakan akan membuat ruas jalan sepanjang Jakarta-Cirebon, baik di jalur utama maupun di jalur alternatif selatan, jadi sesak.

Kalaupun dianggap ada perbaikan infrastruktur pada jalur mudik, hanya ada beberapa ruas baru yang bertambah. Jalur itu pun, kalau diperbolehkan untuk dilintasi pada arus mudik kali ini, adalah jalur mudik baru Tol Semarang-Ungaran (14 kilometer). Jalan tol baru ini merupakan seksi I dari Tol Semarang-Solo. Selain jalan tol baru yang masih sepenggal itu, tidak ada lagi ruas tol baru.

Sementara jalur lingkar Nagreg di Jawa Barat bukan merupakan jalan baru. Tahun lalu, lingkar Nagreg sebenarnya telah dilintasi pemudik, tetapi tahun ini sedikit lebih baik karena ada pemangkasan bukit dengan panjang 400 meter. Upaya itu dilakukan untuk memudahkan kendaraan melintasi jalur tersebut tanpa terganjal tanjakan tajam.

Perbaikan jalan yang selama ini digunakan hanyalah untuk melebarkan jalan atau menambal lubang-lubang dan memperbaiki longsoran badan-badan jalan. Perbaikan badan jalan dapat diamati hampir di semua ruas jalan, baik di lintas utara Jawa (1.182 kilometer) maupun di lintas selatan Jawa (1.270 kilometer).

Pelebaran jalan pun hanya dapat diamati di ruas Kudus-Pati, Pati-Rembang, dan Rembang- Bulu dengan panjang hanya puluhan kilometer, bahkan tidak sampai 50 kilometer. Kemudian, ada lagi pelebaran jalan di ruas Muntilan-Mungkid di Jawa Tengah.

Tim Lebaran Kompas, pada akhir pekan lalu, saat melewati jalur Sadang-Subang-Cikamurang-Indramayu-Cirebon, masih menemukan banyak jalan berlubang, berpasir, dan bergelombang. Jika sampai H-7 pengerjaan jalan tersebut belum terselesaikan, kemacetan luar biasa akan terjadi karena ada pembetonan jalan yang belum rampung karena para pengendara harus bergantian menggunakan satu jalur yang tersisa.

Kondisi tersebut diakui Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Djoko Murjanto. Menurut Djoko, memang ada beberapa jalur jalan yang belum optimal. Namun, ia memperkirakan arus mudik tahun 2011 lebih lancar.

Hal itu disebabkan hari Lebaran yang jatuh pada hari Selasa. Pemudik diperkirakan dapat pulang secara bergiliran mulai hari Jumat pada minggu sebelumnya.

Peningkatan H-10

Kepala Satuan Tugas Penanganan Arus Mudik Cabang Jalan Tol Jakarta-Cikampek PT Jasa Marga Mulyono mengatakan, arus pemudik yang melewati jalan tol Jakarta-Cikampek diprediksi meningkat mulai Senin (22/8) atau H-10. Sementara puncaknya terjadi pada Jumat (26/8) dan Sabtu (27/8).

Jumlah kendaraan, yang melewati Gerbang Tol Cikarang Utama diperkirakan meningkat sekitar 27 persen, yaitu mencapai 73.485 kendaraan. ”Puncak arus balik diperkirakan H+3,” kata Mulyono, yang didampingi Kepala Cabang Jalan Tol Jakarta-Cikampek PT Jasa Marga Budi Pramono.

Adapun angkutan berat dan truk, mulai Jumat (26/8) atau H-4, dilarang masuk jalan tol. Pelarangan itu tidak berlaku untuk truk pengangkut bahan kebutuhan pokok dan BBM.

Budi mengatakan, pemudik tujuan Cirebon dan Jateng dapat menghindari kepadatan di jalur utara (Cikampek-Pamanukan- Pegaden-Jatibarang) dengan melintasi jalur tengah (Sadang-Subang-Cikamurang-Kadipaten- Palimanan-Kanci) atau jalur selatan (Tol Purbaleunyi-Padalarang-Cileunyi-Sumedang-Kadipaten-Kanci atau Cileunyi-Tasik).

Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai, pelayanan angkutan Lebaran tahun 2011 tanpa perbaikan. ”Dari data moda transportasi mudik yang ditampilkan pemerintah dan operator, malah terlihat bakal terjadi penurunan pelayanan kepada pemudik,” kata Wakil Ketua Umum MTI Darmaningtyas. Pemerintah seperti tidak belajar dari tahun sebelumnya.

Ketua Umum MTI Profesor Danang Parikesit menilai, persiapan pemerintah kurang. Danang mencontohkan penolakan PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengoperasikan secara utuh kereta komunitas motor hanya karena komunikasi yang buruk. ”PT KAI jelas adalah perusahaan yang mencari laba. Jadi, masalahnya adalah uang. Jika ada kebijakan kuat dari pemerintah, pasti uangnya tersedia,” kata Danang.

(AST/RYO/NDY/COK/PIN/GAL/IVV)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com